”Ada kontribusi dari pemerintah daerah karena menilai YP3L termasuk serius membina seniman. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah rutin membantu seniman tradisi, antara lain dengan memberi dambus, kendang, dan alat musik tradisional lain. Sedapat mungkin, alat- alat itu dipesan dari perajin-perajin di Bangka,” tuturnya.
Pola itu dipelajarinya dari sejumlah daerah. Ia menemukan seni tradisional bisa hidup dan menjadi salah satu atraksi wisata di daerah-daerah itu. Perekonomian bisa bergerak, seniman terus berkarya, dan perajin mendapat pekerjaan.
”Seniman tradisional semangat berkarya, jadi tidak ada kekhawatiran seni tradisi akan punah. Lingkungan seperti itu yang saya harapkan tumbuh di Bangka,” katanya.
Saat ini memang sudah semakin banyak sanggar dan kelompok seni tradisi di Bangka. Namun, iklim yang lebih mendukung sebagaimana berlangsung di daerah-daerah lain belum sepenuhnya terasa di Bangka.
”Kelompok seni belum dijadikan salah satu atraksi rutin dalam pariwisata,” ujarnya.
Putus sekolah
Jalan untuk memadukan seni tradisi dengan pariwisata di Bangka memang masih panjang. Namun, Zaidi yang telanjur cinta seni tradisional tidak mau menyerah. ”Saya sudah tidak mungkin mundur dari seni tradisional,” ujarnya.
Kecintaan Zaidi pada seni memang tidak main-main. Saat dikirim ke Yogyakarta untuk kuliah di IKIP awal tahun 1980-an, ia malah sibuk dalam berbagai kegiatan seni. Akhirnya, kuliah di Yogyakarta tidak selesai sampai ia kemudian kembali ke Bangka tahun 1987.
Kuliahnya diselesaikan bertahun- tahun kemudian di Universitas Terbuka. Sebagai PNS, Zaidi didorong untuk menyelesaikan pendidikan sarjana.
”Sekarang saya sedang berusaha menyelesaikan S-2. Sambil bekerja, berkesenian, saya kuliah,” tuturnya.
Salah satu pendorongnya untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana adalah mendiang Eko Maulana Ali. Mantan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung itu mendorong para PNS di daerah itu untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.
”Mudah-mudahan bisa selesai,” ujar Zaidi. (Kris Razianto Mada)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.