Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angklung Bungko dan Redupnya Tarian Perang

Kompas.com - 10/03/2016, 07:23 WIB

Gerakan tari itu menggambarkan peperangan antara Syekh Benting dan Ki Gede Kapetakan yang akhirnya dimenangi Syekh Benting.

Ada pula sesepuh yang menyebut gerakan tari itu menggambarkan kegagahan prajurit Cirebon saat mengusir Portugis dari Malaka.

Dalam setiap pementasan, angklung tua yang dirawat Adina dibawa sebagai simbol dalam kesenian itu. Karena keterbatasan angklung, kelompok Jaka Bakti pimpinan Adina, kini, beralih ke instrumen gamelan, yakni gong, kendang, krecek, titir, dan tutukan, untuk mengiringi tarian mereka.

Grup angklung bungko lainnya, Jaka Mulya, yang dibina oleh Sukarminto (51), mulai merintis kembali menggunakan ansambel angklung. Kendati demikian, kelompok ini tetap mengikutkan instrumen gamelan dalam penampilannya.

Pembinaan lemah

Berbeda dengan jenis kesenian lainnya di Cirebon, angklung bungko cenderung tenggelam. Tarian perang itu hanya dimainkan saat upacara adat, seperti munjungan atau hari jadi desa, mapag sri ketika panen, sedekah bumi saat memulai tanam padi, dan nadran atau selamatan laut.

”Tahun 2005, kesenian angklung bungko pernah tampil dalam Festival Istiqlal di Jakarta,” kenang Sukarminto.

Mencari generasi baru penari angklung bungko sama sulitnya dengan mengeluarkan nelayan Bungko dari utang tengkulak. ”Kalau mau mencari penari, susah karena warga yang kebanyakan nelayan di sini butuh waktu banyak mencari ikan,” ujarnya.

Dengan penghasilan mencari ikan yang kadang hanya Rp 15.000 per hari, para seniman yang juga nelayan itu tidak bisa optimal mengembangkan angklung bungko.

Pemerintah Kabupaten Cirebon pun seperti lupa memiliki warisan seni tari perang beserta angklung sejak abad ke-15, yang tak ternilai tersebut.

”Modal sosial-budaya orang Cirebon disia-siakan. Seharusnya fungsi pembinaan seni-budaya dijalankan pemerintah, tetapi hal yang demikian itu tidak terjadi di Cirebon,” ujar Ahmad Raffan Safari, peneliti naskah kuno atau filolog Cirebon.

Investasi di bidang kebudayaan sama sepinya dengan konsep pembangunan seni-budaya di Cirebon. Modal sosial-budaya yang tumbuh sejak ratusan lalu berupa kuliner, busana, tari, musik, arsitektur, lukisan, tata kota, hingga wahana batiniah warganya yang majemuk, kurang disentuh.

Jargon menumbuhkan pariwisata berbasis budaya maknanya sama keringnya dengan pertumbuhan hotel-hotel yang tak terkendali di Cirebon, hilangnya bangunan cagar budaya, dan banjir di mana-mana.

Ironi sebuah kota budaya. (RINI KUSTIASIH dan ABDULLAH FIKRI ASHRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com