Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merayakan Keberagaman Asia di Desa

Kompas.com - 31/03/2016, 10:22 WIB

SENIMAN Indonesia, Jepang, Thailand, dan Filipina, berbagi warna-warni budaya Asia dalam pementasan seni bertajuk Asian Festival. Melalui pertunjukan sederhana di kompleks Studio Mugi Dance di Desa Pucangan, Kartasura, Kabupate Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (19/3/2016), mereka mengenalkan keragaman budaya Asia kepada masyarakat pedesaan.

Shigemi Kitamura, penari dari Jepang, berdiri di tengah panggung terbuka berbentuk lingkaran yang disebut mandala. Rambutnya yang lurus diikat. Sesekali kedua tangannya direntangkan ke samping, ke bawah, dan ke atas.

Tubuhnya bergerak condong ke kanan, ke kiri, dan ke depan seperti tanaman bunga lavender yang bergoyang tertiup angin. Shigemi membawakan tari kontemporer karyanya yang berjudul Lavender.

Sesaaat kemudian, gerakan tari Shigemi menjadi lincah. Ia melompat-lompat ke sana ke mari, berlari-lari mengitari mandala, berputar, jongkok, berguling, dan berteriak lepas. Tubuhnya lentur meliuk-liuk. Tariannya menggambarkan keceriaan dengan iringan musik riang.

Puluhan warga Desa Pucangan, termasuk anak-anak yang menonton, terkesiap dengan gerakan-gerakan Shigemi. Mereka belum pernah melihat tari semacam itu sebelumnya. Lavender mengisahkan sepenggal pengalaman hidup Shigemi ketika berkunjung ke Perancis.

”Saat itu saya melihat hamparan bunga lavender berwarna ungu di dekat tempat saya tinggal. Awalnya ada perasaan takut karena saat itu saya seorang diri, tetapi kemudian segera beradaptasi dengan alam dan bunga lavender itu,” ujar Shigemi.

Tarian ini sering ditampilkan Shigemi di beberapa negara. Pembaruan-pembaruan gerak tari spontan dilakukan dengan merespons situasi di sekitar panggung, alam, dan penonton.

Sebelum Shigemi menarikan Lavender, pemusik dari Chiang Mai, Thailand, Thitipol Kanteewong, menampilkan musik tiup etnik Thailand, phii hom. Thitipol menyajikan karyanya yang berjudul Dewi Padi. Karya ini terinspirasi siklus tumbuh padi sekaligus menjadi ungkapan syukur kepada sang dewi padi.

Phii hom merupakan alat musik seperti seruling, tetapi diameternya lebih kecil dan pada bagian ujung dekat tempat untuk meniup berbentuk bulat.

Dengan mengenakan pakaian tradisional Thailand, Thitipol memainkan phii hom yang mengeluarkan suara lembut mendayu membawa ketenangan jiwa. Musiknya bagaikan lantunan doa dan penghormatan kepada dewi padi. Penonton seperti terhipnotis, mereka terdiam menikmati alunan phii hom.

Yeni Arama, yang selama ini lebih dikenal sebagai pesinden, menyajikan musik kontemporer dengan alat musik rebab dengan judul ”Sampeyan”. Semula Yeni, menggesek rebab, kemudian memetiknya. Musiknya mungkin terdengar tak biasa bagi sebagian pendengar.

”Sampeyan”, menurut Yeni, yang kini lebih menggeluti rebab, bertutur tentang orang-orang yang tidak pernah bersembahyang dalam ritus keagamaan, tetapi sebenarnya sangat menghormati dan menyanjung Tuhan dalam kesehariannya. ”Kehidupan adalah misteri,” katanya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Kereta Wisata Ambarawa Relasi Ambarawa-Tuntang Juni 2024

Jadwal Kereta Wisata Ambarawa Relasi Ambarawa-Tuntang Juni 2024

Travel Update
Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary
3 Aktivitas di Taman Sejarah Bandung, Nongkrong Sambil Belajar Sejarah

3 Aktivitas di Taman Sejarah Bandung, Nongkrong Sambil Belajar Sejarah

Jalan Jalan
Rute Naik Angkot ke Taman Sejarah Bandung dari Gedung Sate

Rute Naik Angkot ke Taman Sejarah Bandung dari Gedung Sate

Travel Tips
Hotel Accor Meriahkan Java Jazz 2024 dengan Kuliner dan Hiburan

Hotel Accor Meriahkan Java Jazz 2024 dengan Kuliner dan Hiburan

Travel Update
787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

Travel Update
4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

Jalan Jalan
Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Travel Update
Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com