Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak "Meneer" di Kayu Aro

Kompas.com - 18/04/2016, 19:15 WIB

KAYU Aro adalah hamparan tanaman teh berpagar Gunung Kerinci di sekelilingnya. Keindahan alam sejauh mata memandang dan kesejukan hawa pegunungan membuat perjalanan ke perkebunan teh Kayu Aro dari Padang, Sumatera Barat, selama sekitar enam jam tak membuat hati gentar.

"Walaupun Kayu Aro termasuk Provinsi Jambi, jarak tempuhnya lebih dekat dari Padang. Dari Jambi ke Kayu Aro dengan perjalanan darat perlu waktu sekitar 10 jam," kata Legimin (49), karyawan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Unit Usaha Kayu Aro di Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci.

Apalagi di sepanjang perjalanan dari Padang menuju Kayu Aro ada beberapa obyek wisata alam, misalnya Danau Kembar dengan gradasi biru kehijauan airnya yang tenang. Hanya dengan melongokkan kepala sedikit, lewat jernihnya air kita bisa melihat tanaman dan ikan-ikan kecil di bawahnya.

Perpaduan pemandangan di sekitar Danau Kembar yang terletak di kaki Gunung Talang itu pun berbeda-beda. Ada lokasi dengan perpaduan kebun sayur-mayur, Danau Kembar, dan Gunung Talang, lalu Danau Kembar yang seakan dipisahkan dari Gunung Talang oleh jajaran pohon-pohon cemara yang menjulang.

KOMPAS/CHRIS PUDJIASTUTI Para pemetik daun teh di perkebunan teh Kayu Aro, Jambi.
Di sisi yang berbeda, mata kita seakan tak puas-puas memandang paduan birunya langit, ketenangan air danau, serta kokohnya gunung dan tanaman belukar yang tumbuh liar di sekitarnya. Tanaman belukar yang menghalangi langkah kita untuk menyentuh air Danau Kembar.

Melewati jalan yang berkelok-kelok, dengan lebar jalan hanya cukup untuk dua kendaraan dari arah berlawanan, pengemudi harus berhati-hati dan tak bisa memacu kendaraannya. Apalagi di beberapa bagian jalan ada tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan di pinggir lembah tanpa besi pengaman di sisinya.

Kebun Liki

Jika memiliki cukup waktu, sesampai di Desa Sei Lambai, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, kita bisa mampir di kebun teh Liki. Keberadaan kebun yang dikelola Mitra Kerinci ini langsung menarik mata kita dengan tulisan besar ”Kebun Teh Liki-Solok Selatan”.

Kebun teh seluas sekitar 2.000 hektar ini terbentang di pinggir jalan Padang-Kayu Aro dan menghasilkan teh hitam, teh hijau, dan teh putih.

KOMPAS/CHRIS PUDJIASTUTI Salah satu proses dari pucuk daun teh menjadi teh siap seduh di pabrik teh Kayu Aro, Jambi.
”Sesuai permintaan pasar, kami fokus pada teh hijau. Kalau semula kapasitas produksi teh hijau (Mitra Kerinci) 20 ton per hari, kini ditingkatkan menjadi 60 ton,” kata CEO Mitra Kerinci Yosdian Adi Pramono di Padang, awal Maret lalu.

Untuk memopulerkan teh Liki, Yosdian, antara lain, menggunakan media sosial. Hasilnya, Mitra Kerinci mulai mengantongi keuntungan pada 2012 setelah puluhan tahun merugi. Tahun 2015, misalnya, perusahaan ini meraih laba sekitar Rp 1,6 miliar.

Selepas dari kebun teh Liki, pemandangan di kiri-kanan jalan adalah warga yang tengah bekerja di ladang. Mereka bertanam kentang, kol, cabai, bawang merah, buncis, dan ubi. Di sela-sela kebun sayur-mayur itu berdiri pohon-pohon kayu manis, kopi, dan cokelat.

Penuh kenangan

Selain hamparan tanaman teh, di perkebunan Kayu Aro kita masih bisa melihat bangunan pabrik, rumah administratur (kini manajer) dan staf, bangunan klub (gedung serbaguna), sampai rumah sakit (kini poliklinik) peninggalan masa penjajahan Belanda.

Catatan PTPN VI Unit Usaha Kayu Aro menyebut tahun 1920 sebagai awal beroperasinya perkebunan teh yang dikelola NV Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam (HVA). Penanaman dimulai tahun 1923 dan pabrik berdiri pada 1925. Perkebunan Kayu Aro dinasionalisasikan pada 1959.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com