Berhasil menembus kemacetan Jakarta pagi itu, Jumat 22/4/16, akhirnya aku sampai juga di restoran hotel Le Meredien, Jakarta.
"Maaf, saya terlambat", kataku sambil mengulurkan tangan kepada seseorang yang baru kukenal.
Namanya Kennedy Aritonang, pebisnis muda dan sukses dari Batam. "Tak apa, silahkan duduk", katanya mempersilahkan.
Kami berbicara banyak sekali. Mulai dari perkembangan politik di Kepulauan Riau pasca meninggalnya Gubernur M Sani, sampai ke urusan budaya di Muara, Toba.
Di balik gayanya yang sederhana dan santai, ia seorang yang pebisnis berbakat yang secara cerdik menimba ilmu di Singapura sekalipun tinggal di Batam.
"Selain dekat, juga terjangkau biayanya," katanya mengenang perjalanan yang membuat ia tertempa disiplin untuk membangun masa depan. Tapi, hatinya tetap 100 persen Indonesia. "Menimba ilmu boleh di luar negeri, tapi pengabdian tetap bagi negeri tercinta, Indonesia", katanya.
"Saya sedang siapkan program #bangsaJuara, yang siap mencari dan menemukan 10000 anak muda yang akan memimpin Indonesia abad 21,"kataku melanjutkan diskusi kami.
"Boleh saya bergabung?", katanya bertanya dengan semangat. "Tentu", jawabku seraya mengatakan bahwa yang dicari adalah anak muda calon pemimpin yang mencintai budayanya, budaya nusantara.
Rupanya, gagasan #bangsaJuara yang saya sampaikan itu membuat adrenalinnya langsung membara. Sambil membuka gadgetnya ia menunjukkan banyak gambar dan cerita soal tugu yang baru selesai dibangun. Tugu untuk menghormati para leluhurnya itu disebut Toga Aritonang.
Merawat Budaya
Di sekitar tanah Batak ada ratusan bahkan ribuan tugu yang dibangun masing-masing keluarga, mulai dari yang kecil sampai yang besar, yang berbiaya secukupnya sampai dengan biaya besar sekali.
Tugu-tugu itu menjadi pemandangan khas di sekitar danau Toba yang indah. Memanjakan mata menyejukkan hati. Hanya daerah inilah yang mempunyai keunikan ini.
"Tak hanya kami yang masih terus gunakan marga kami, saudara-saudara kami dari Aceh, Gayo dan Alas juga datang,"katanya.
Tidak semua dari mereka menuliskan lagi marganya di KTP, tapi tetap dipastikan mereka orang Batak yang bermarga turunan Toga Aritonang. "Itulah contoh dan faktanya, tugu itu mempersatukan bukan?", kataku meresponsnya.