Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Orangutan Perlu "Medical Checkup" Penyakit Berbahaya, Kenapa?

Kompas.com - 06/05/2016, 23:07 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

SAMBOJA, KOMPAS.com - Salah satu syarat bertemu dengan orangutan, satwa langka endemik Indonesia, adalahh melakukan medical checkup. Cek kesehatan tersebut berbagai penyakit biasa hingga yang sangat berbahaya bagi manusia.

Orangutan adalah spesies kera besar satu-satunya di Asia. Di dunia sendiri orangutan hanya terdapat di Pulau Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Sumatera (Pongo abeli), 90 persen di Indonesia, dan sisanya di Sabah dan Sarawak, Malaysia.

Berbagai penyakit yang menular dari manusia menjadi salah satu peran yang membuat jumlah kian menyusut dari tahun ke tahun. Walaupun salah satu kemiripan manusia dengan orangutan ialah sistem imun atau antibodi terhadap penyakit.

Beberapa penyakit yang lazim di derita orangutan seperti demam berdarah dapat diatasi oleh imun atau antibodi. Namun, beberapa penyakit bawaan manusia dari lingkungan atau kehidupan manusia yang tidak sehat, tidak dapat diatasi, mengendap bahkan menimbulkan kematian.

Di antaranya seperti TBC, hepatitis A, B, dan C, herves, HIV-AIDS, rabies, cacingan, dan flu. Sedangkan penyakit seperti malaria dan demam berdarah bisa disembuhkan secara alami.

“Mereka tidak punya imunitas untuk menghadapi penyakit dari kita,” ujar Agus Irwanto selaku Dokter hewan sekaligus Project Director Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari, kepada KompasTravel saat kunjungan media dalam acara ‘Ecopia Support Orangutan’, Kamis (28/4/2016).

Penyakit-penyakit dari manusia tersebut bisa menular ke orangutan, dapat sembuh sementara dan kambuh kembali setelah dua tahun. Menurut Agus, orangutan memiliki daya tahan layaknya manusia yang dapat sembuh dan kambuh selama dua tahun sekali.

“Bisa kambuh lagi, hanya pas kambuh manusia bisa pergi ke dokter atau beli obat, tapi orangutan yang di alam liar akan menderita saat penyakit itu kambuh,” ujarnya.

Ia juga menambahkan penularan penyakit di habitatnya akan sangat lebih cepat dibanding manusia. Salah satu penyebabnya mereka tidak dapat mengontrol kedekatan interaksinya dengan individu lain.

Oleh karena itu, siapapun manusia yang ingin berinteraksi langung wajib medical checkup berbagai penyakit yang berbahaya di antaranya HIV AIDS, TBC, Hepatitis, Herpes, Tifus, dan DBD. Setelah itu, juga masih diwajibkan memakai masker saat bertemu orangutan.

“Sedangkan dari mereka gak ada yang membawa penyakit bawaan atau dari gaya hidup. Karena di kehidupan aslinya mereka tidak penah kontak intim dengan binatang lain atau manusia,” ujar Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com