Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kuliner Indonesia di Negeri Sakura

Kompas.com - 19/05/2016, 13:03 WIB
Laksono Hari Wiwoho

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Duduk di kursi bersandaran rotan sambil mendengarkan alunan musik khas daerah Sunda ataupun Bali, serta mencecap gurihnya kuah soto ayam lamongan akan terasa biasa jika dilakukan di Indonesia. Rasanya tentu akan berbeda jika itu semua terjadi di belahan lain dunia ini, misalnya di "Negeri Sakura", Jepang.

Ya, jejak rasa masakan Nusantara dengan sejuta nikmatnya itu serasa membawa kenangan ke negara dengan 17.000 pulau bernama Indonesia. Itu pula yang terjadi di Restoran Cabe di Shinagawa, Tokyo, Rabu (18/5/2016) malam.

KompasTravel hadir di sana untuk melihat lebih dekat promosi Wonderful Indonesia oleh Kementerian Pariwisata RI di Jepang, khususnya di bidang kuliner.

Rumah makan ini didirikan oleh warga negara Jepang, Masaki Ohira. Awalnya restoran ini berupa warung di Musashi Koyama, Tokyo, lalu pindah ke Meguro di kota yang sama.

Baru sebulan ini restoran itu pindah ke Shinagawa, menggantikan tempat restoran Indonesia bernama Sederhana yang sudah puluhan tahun berdiri. Letaknya hanya 400 meter dari gedung Kedutaan Besar RI di Tokyo.

Ciri khas Indonesia tampak di seisi ruangan restoran berukuran kurang lebih 8x10 meter tersebut. Di pintu masuk restoran, pengunjung disambut dengan pernak-pernik khas Negeri Zamrud Khatulistiwa, seperti angklung, wayang, bungkus rokok kretek, dan kaleng kerupuk.

Restoran ini juga menyediakan tempat wudhu dan ruang khusus untuk shalat bagi pengunjung Muslim.

Hampir semua masakan khas Nusantara ada di tempat ini, mulai dari lumpia, acar, gado-gado, sate, aneka sup, mi, lumpia hingga hidangan penutup macam bubur kacang hijau atau ketan hitam.

Harga termurah di kisaran 200 yen atau sekitar Rp 25.000, belum termasuk pajak, untuk makanan kecil seperti tempe mendoan, krupuk udang, dan emping, hingga 1.200 yen atau Rp 145.000 untuk rendang sapi.

Menu lain seperti opor ayam, sambal goreng udang, soto ayam atau babat, tahu telur, terong balado, gulai dan tongseng kambing, siomay, hingga bubur kacang hijau dan pisang molen.

Untuk menjaga rasa masakan seperti asli Indonesia, sebagian bumbu dan bahan makanan di restoran ini didatangkan langsung dari Indonesia. Sebutlah kecap, daun salam, daun jeruk, serai, lengkuas, gula merah, hingga cabai hijau.

"Rasanya beda jika dibanding (menggunakan bahan dari) sini," kata Ohira kepada KompasTravel tentang alasannya menggunakan bahan-bahan impor itu.

Ohira menyerahkan urusan meracik bumbu hingga resep makanan kepada seorang koki asal Malang, Jawa Timur. Maka tak heran jika rasa makanannya sama dengan menu serupa dari Indonesia. Ohira dan istrinya, Aki, ikut membantu memasak dan menyiapkan hidangan bersama dua pegawai lain.

KOMPAS.com/LAKSONO HARI WIWOHO Masaki Ohira dan istrinya, Aki, pemilik Restoran Cabe di Shinagawa, Tokyo, Jepang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com