Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Morotai Bakal Disulap Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

Kompas.com - 01/06/2016, 05:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Morotai, di Provinsi Maluku Utara akan menjadi destinasi wisata kelas dunia. Levelnya akan didorong sejajar dengan beragam kota wisata dunia satu level dengan Dubai, Abu Dhabi, Hongkong dan Singapura yang sukses dengan statusnya sebagai Hub Countries.

Keelokan ditambah sedikit menu mistis, mulai dari laut dan pantai perawan sampai kisah sejarah Perang Dunia II menjadikan kabupaten ini layak menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Morotai mempunyai lokasi yang sangat strategis. Di sebelah utara, Morotai diapit di tengah-tengah Jepang, Korea, Taiwan, Filipina, China. Di barat, ada Singapura dan negara ASEAN lain. Di selatan, ada  Australia dan Selandia Baru. Di timur, ada  Republik Kepulauan Palau serta negara-negara kepulauan di Pasifik. Kawasannya dinilai punya potensi besar untuk meraih pendapatan 17.000 dollar AS seperti Republik Kepulauan Palau di utaranya.

“Karenanya tanggal 1 Juni 2016 akan ada launching untuk Wonderful Morotai Island 2016. Evennya sendiri akan dilakukan 26 September sampai 20 Oktober 2016, bersamaan dengan merapatnya yacht ke Morotai,” kata Pokja 10 Top Destinasi prioritas Pulau Morotai, Arie Suhendro yang didampingi Ketua Pokja Hiramsyah Sambudhy Thaib.

Siaran pers Puskom Publik Kemenpar kepada KompasTravel, Selasa (31/5/2016) menyebutkan, Wonderful Morotai Island 2016 ini dideklarasikan sebagai peristiwa terbesar yakni kombinasi dari daya tarik wisata alam/bahari, budaya dan buatan.

Daya tarik wisata alam atau baharinya akan dikembangkan di Pulau Mititia, Pulau Dodola, dan Pulau Kokoya. Daya tarik wisata budayanya akan diarahkan ke Pulau Zum Zum, Tugu Trikora dan Desa Gotalamo. Sementara daya tarik wisata buatan akan mengarah ke KEK Morotai, Museum PD II dan Pulau Kolorai.

“Kami akan terus memperkuat 3A yakni atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Atraksinya dimulai dengan tiga daya tarik wisata tadi. Pada saat sudah tercapai target minimal, bergerak ke yang lain, karena banyak daerah wisata yang bisa dikunjungi di Morotai,” ujar Arie.

KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTO Patung berupa empat tentara Indonesia dalam keadaan berperang dan satu wanita selaku wartawan atau yang disebut juga patung trikora sudah siap untuk diresmikan oleh presiden pada acara puncak sail Morotai , Morotai, Maluku Utara, Jumat (14/9/2012). Sebelumnya patung tersebut mengalami patah pada bagian genggaman tangan yang memegang tiang bendera sudah diperbaiki dan siap untuk diresmikan.
Saat ini, Pokja 10 Destinasi prioritas Pulau Morotai sudah menyiapkan 24 pulau kecil yang akan dikembangkan. Sebanyak  19 di antaranya adalah lokasi diving.

“Aksesibilitas yang dikembangkan adalah akses udara, akses laut, akses darat. Fokus utama saat ini adalah bandara. Dari tidak ada penerbangan ke Morotai, sejak tanggal 18 Maret 2016 ada satu kali penerbangan per minggu untuk 18 seat dengan Dimonim Air. Sejak tanggal 27 April 2016 meningkat menjadi tujuh kali per minggu untuk 70 seat dengan Wings Air,” urai Arie.

Untuk urusan amenitas, sektor kelistrikan, air dan permukiman dan telekomunikasi, menjadi prioritas teratas. Dan hal itu, sudah mulai dijalankan bersama sejumlah BUMN dan instansi terkait lainnya.

“Untuk kelistrikan, PLN telah memaparkan rencana untuk memenuhi listrik di Morotai saat rapat dengan Komisi X DPR di Ternate pada 27 Mei 2016. Untuk air dan pemukiman, Ditjen Cipta Karya telah survei ke Morotai pada 26 Mei 2016 dan ditindaklanjuti dengan Rakor di Ternate pada 27 Mei 2016. Sedangkan untuk telekomunikasi, sedang dilakukan peningkatan jaringan di Morotai,” paparnya.

Untuk homestay dan toilet, Arie mengaku sudah menyiapkan sejumlah langkah. Morotai melalui PT Jababeka Morotai, menurut Ari, sudah siap membangun homestay dan toilet sebanyak 1.000 unit pada 2017, 3.000 unit pada 2018 dan 6.000 unit tahun 2019.

“Totalnya 10.000 unit di tahun 2019. Pemerintah juga telah mendukung program ini dengan program pembiayaan, melalui MoU tiga pihak yang mewakili Kemenpar, Kemenpupera, dan BTN,” ujar Arie.

Gerak cepat Pokja 10 Destinasi prioritas Pulau Morotai tidak berhenti sampai di situ. Pengembangan bandara juga ikut dipikirkan. Sebagai destinasi kelas dunia, Morotai mutlak memiliki bandara kelas internasional. Landasan pacu (runway) harus panjang, minimal 3.000 meter.

“Saat ini sudah sepanjang 3.000 meter, tetapi yang disiapkan baru 2.400 meter. Jadi masih perlu program peningkatan runway 600 meter lagi. Untuk manuver pesawat, juga perlu peningkatan dari eksisting 40 meter menjadi 45-60 meter,” ujarnya.

Yang membuat Arie senang, runway di bandara Morotai jumlahnya mencapai tujuh buah. Bagi Arie, ini modal yang sangat bagus.

KOMPAS/PRASETYO EKO PRIHANANTO Menuju Dodola di Morotai, Maluku Utara. Keindahan alam dan wisata sejarah, terutama peninggalan Perang Dunia II, menjadi daya tarik utama di kawasan yang terletak di bibir Pasifik ini.
“Ini salah satu yang terbaik di Indonesia. Tinggal memperbanyak bus di darat saja. Dengan hadirnya Dimonim Air dengan 18 seat, Wings Air dengan 70 seat dan peningkatan demand, setidaknya dibutuhkan minimal empat bus berkapasitas 20 seat. Hal lain yang dibutuhkan adalah peluasan ruang tunggu penumpang, penambahan listrik, AC, SDM dan imigrasi,” paparnya.

Meski masih dalam proses pengembangan, Arie tetap optimistis bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Morotai. Hingga 2019, Arie optimistis bisa menggaet hingga 500.000 kunjungan wisman.

“Di 2015 ada sekitar 1.000 wisman yang ke Morotai. Target 2016 sebanyak 2.750 wisman, 2017 naik di angka 11.000 wisman, untuk 2018 targetnya  66.000 wisman, sementara 2019, angkanya harus menembus 500.000 wisman,” ujar Arie.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mendukung penuh Morotai di Maluku Utara menjadi destinasi kelas dunia. "Memang harus ada big name investors yang masuk dan membangun amenitas di Morotai. Ada beberapa yang sudah komitmen untuk masuk. Tentu, akses bandara dan public facilities akan diseriusi oleh pemerintah, untuk menghidupkan kawasan yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak lama itu," ungkap Arief Yahya.

Memang ada istilah telur dan ayam, mana dulu yang dibangun lebih dulu. Potensi bandara di sana sudah tersedia, tinggal diperbaiki dan dibangun terminalnya. "Sekarang sudah ada penerbangan menuju ke Morotai, kalau dijadikan destinasi utama, pasti akan dibangun (terminal) di sana," ungkap Arief Yahya. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com