Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saudara Kembar dari Sijuk

Kompas.com - 27/06/2016, 17:33 WIB

Hampir tidak ada ketegangan karena faktor rasial di Bangka Belitung (Babel). Bahkan, orang-orang justru mengingat Bangka Belitung sebagai tempat perlindungan saat kerusuhan melanda Jakarta, Mei 1998. ”Banyak orang Jakarta datang ke Bangka Belitung dan hidup tenang di sini,” ujarnya.

Isyak mengatakan, salah satu kunci sukses akulturasi di Bangka Belitung adalah perasaan senasib. Tidak ada eksklusivitas dan segregasi berdasarkan etnis di hampir semua sektor kehidupan di Bangka Belitung.

”Amat mudah menemukan orang Tionghoa menjadi buruh angkut, pekerja kasar, dan tentu saja pedagang di sini. Persebaran itu memungkinkan tumbuh perasaan senasib di antara orang Babel,” ujarnya.

Alasan lainnya dapat dilacak lebih lama lagi. Pada abad ke-17 Masehi, ribuan pria didatangkan ke Babel sebagai pekerja tambang timah atau bekerja di sektor pendukungnya. Karena datang sebagai lajang, banyak di antara mereka akhirnya menikah dengan penduduk setempat.

”Hampir seluruh Tionghoa Babel saat ini sebenarnya keturunan pekerja tambang yang menikah dengan orang Melayu,” ujar Ahiong.

Kampung-kampung berdasarkan suku memang tetap ada. Kampung Melayu biasanya di dekat kebun dan hutan. Sebab, penghasilan utama mereka memang dari berkebun. Sementara Tionghoa tinggal dekat pasar karena mereka berdagang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com