Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Anom dan Anto, Orang Indonesia di Costa Victoria

Kompas.com - 19/08/2016, 23:06 WIB
I Made Asdhiana

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Berwisata menggunakan kapal pesiar Costa Victoria sungguh menyenangkan. Saat KompasTravel diundang Costa Victoria mengikuti paket wisata Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015, kesempatan itu disambut antusias.

Meski hanya berlangsung 5 hari 4 malam dan berlayar di Asia Tenggara, namun perjalanan dalam "hotel bintang 5 terapung" tersebut memang menyenangkan.

Kapal berbobot 75.200 ton dengan panjang 253 meter dan lebar 32 meter itu memiliki 14 dek dengan 964 kabin. Interiornya juga sangat mewah dan bergaya Italia. Bisa dikatakan berlayar bersama Costa Victoria seperti merasakan suasana Italia di laut tanpa harus datang ke Italia.
 
Memasuki kabin, fasilitas yang tersedia layaknya kamar hotel berbintang. Satu-satunya yang membedakan adalah "hotel" ini mengarungi lautan.

Saat menonton siaran di televisi, luangkanlah waktu mendengarkan aturan yang berlaku selama berada di kapal pesiar yang disampaikan dalam bahasa Italia, Inggris, Mandarin, Indonesia, dan Jepang.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Salah satu kamar di kapal pesiar Costa Victoria dalam pelayaran rute Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015.
Penjelasan seputar tata tertib dan aturan selama berlayar di Costa Victoria dalam bahasa Indonesia disampaikan oleh Dhana Anom, laki-laki asal Singaraja, Bali.

Saat melihat cara Anom menyampaikan mengenai "apa dan siapa" yang perlu diketahui penumpang saat berwisata dengan kapal Costa Victoria, KompasTravel langsung teringat akan ucapan Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, Dewa GN Byomantara pada acara “Launching Estepers Executive Club” di Jakarta, Rabu (25/11/2015) silam.

Dia mengatakan para chef atau koki-koki Indonesia disebut-sebut disukai oleh industri kapal pesiar mancanegara.
 
Selain itu, menurut Byomantara, perusahaan kapal pesiar menyukai etos kerja para koki Indonesia karena dikenal bekerja dengan tulus dan senang hati ketika menerima pekerjaan.

“Jadi mereka tidak mengeluh kalau dapat pekerjaan," kata Byomantara.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Dhana Anom, pekerja asal Indonesia di kapal pesiar Costa Victoria.
Nah, saat berkeliling, melihat-lihat fasilitas kapal Costa Victoria yang sedang berlayar menuju Phuket (Thailand), Jumat (4/12/2015), dengan dipandu Lily Chiu Lai Nam, Trade Marketing Manager Costa Cruises Asia Pacific and China, KompasTravel langsung mengajukan permintaan untuk bisa bertemu dengan pekerja asal Indonesia, termasuk koki Indonesia.

Permintaan tersebut disanggupi Lily dengan ramah dan berjanji untuk segera menghubungi pekerja asal Indonesia yang bekerja di Costa Victoria.

Kebetulan saat KompasTravel bersama media dari Malaysia diterima Kapten Andrea Bardi dalam jamuan santap siang, tiba-tiba KompasTravel disapa dengan ramah oleh salah seorang karyawan kapal pesiar tersebut.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Kapal Pesiar Costa Victoria dalam pelayaran rute Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015.
Ternyata dia adalah Dhana Anom, yang muncul di televisi untuk menyampaikan seluk beluk berwisata dengan kapal pesiar.

"Selamat datang pak, mari saya bawakan kameranya," kata Anom dengan ramah.

Saat itu, para awak media dipersilakan berfoto bersama Kapten Andrea Bardi.

Anom tak jauh berbeda dengan penampilannya di televisi. Pakaiannya rapi dan terlihat ramah menyapa para tamu kapal dengan tutur bahasa yang santun.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Rony Beny Anto, pekerja asal Indonesia di kapal pesiar Costa Victoria.
Malam harinya, Lily menepati janjinya. Usai santap malam, perempuan asal Hongkong ini mengajak Dhana Anom (37) dan seorang chef menemui KompasTravel di Capriccio Bar di dek 7. Chef tersebut bernama Rony Beny Anto (35) yang akrab disapa Anto.

Anom masih tetap tampil dengan setelan jas rapinya, sedangkan Anto dengan pakaian "dinas"nya yakni seragam juru masak.

Kedua pekerja asal Indonesia ini sama-sama mengaku suka melanglangbuana dan sengaja memilih kapal pesiar untuk mendapatkan penghasilan sekaligus menambah pengalaman dan pergaulan sesama pekerja dari negara lain.

Anom pernah bekerja di kapal pesiar yang melayani rute Eropa sebelum pindah kerja di Costa Victoria yang bermarkas di Singapura. Atmosfer dan tamu yang dihadapi diakui keduanya berbeda antara melayani orang Eropa dan Asia.

"Orang Eropa beda dengan orang Asia. Kalau Eropa tegas, tanpa basa basi. Kalau Asia jelas ramah," kata laki-laki yang pernah mengenyam pendidikan Sekolah Pariwisata Dhyana Pura di Denpasar, Bali, ini.

Profesi Anom sebagai international hostess di kapal Costa Victoria. Menurut Anom, di kapal ini ada international hostess untuk China, Jepang, Malaysia dan Indonesia. "Tugasnya melayani tamu di kapal sesuai bidang yang ditugaskan. Kalau ada komplain dari tamu, maka harus segera ditangani," ujarnya.

Sementara Anto sudah 9 tahun bekerja di kapal pesiar sebagai juru masak. Lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata di Yogyakarta ini sebelum bekerja di Costa Victoria terlebih dahulu bekerja di kapal pesiar rute Amerika Selatan, Eropa dan Mediterania.

"Masakan Eropa beda dengan Asia. Penyajiannya pun beda. Dari sisi bumbu, kalau masakan Eropa jarang pakai rempah. Makanan Asia pakai rempah. Dari sisi penyajian, kalau orang Eropa makannya lama. Menunya banyak. Sedangkan Asia persiapan cepat," tutur Anto.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Aneka permainan di kapal pesiar Costa Victoria dalam pelayaran rute Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015.
Anom menambahkan, menu yang ditampilkan tergantung rute kapal saat itu. "Kalau berlayar ke Shanghai atau Jepang, maka menunya juga beda-beda," kata laki-laki kelahiran Singaraja yang memiliki dua anak ini.

"Ikuti selera tamu lah," sambung Anto.

Menurut Anto, di Costa Victoria total ada 150 juru masak yang berasal dari berbagai negara seperti dari Indonesia, Filipina, dan India.

"Semua jenis makanan harus bisa. Mau Western atau China harus bisa. Syaratnya harus mau belajar. Di Asia kan ada Costa Victoria, Costa Serena, dan Costa Antartica. Kita dapat menu dari pusat. Semua tergantung pasar. Kepuasan tamu lebih penting," kata Anto.

"Masak nasi goreng dan sate ayam sudah wajib. Kita modifikasi sesuai selera tamu," ujar Asisten Chef ini sembari tersenyum.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Dhana Anom (kiri) dan Rony Beny Anto (kanan), pekerja asal Indonesia di kapal pesiar Costa Victoria.
Rata-rata kontrak bekerja di kapal pesiar berkisar 8-9 bulan. Selama masa kontrak mereka tetap bekerja di kapal melayani tamu.

Bicara cita-cita, Anto mengaku memiliki keinginan sederhana yakni ingin punya warung pecel ayam. "Punya tiga (warung) saja sudah cukup," katanya.

Filosofi hidup Anto tidak muluk-muluk, cuma mengalir saja. "Hidup ini mengalir saja, tak ada paksaan. Nikmati hidup dan tetap memiliki ambisi. Orang Asia kan bekerja mulai dari bawah," tutur Anto.

Oleh karena itu, Anto mengajak para pencari kerja di Tanah Air untuk melirik dan berani mengadu nasib di kapal pesiar. Hasilnya lumayan tapi tantangannya pun terbilang keras. "Kerja di dapur itu keras. Mental tempe jangan kerja di dapur," saran Anto yang memiliki 3 anak dan kini keluarganya tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisata belanja di kapal pesiar Costa Victoria dalam pelayaran rute Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015.
Bertanggung jawab soal kualitas dan servis makanan, Anto mengaku 30 menit sebelum acara dimulai, makanan sudah harus siap di dapur.

Tak heran di leher Anto melilit kain biru yang memiliki arti tersendiri. "Kalung (kain) putih, ibarat masih kacung. Kuning hampir supervisor. Kalau biru berarti supervisor," ungkapnya bangga.

Sementara Anom memiliki cita-cita ingin menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris seperti Mandarin dan Jepang karena dipercaya akan membantu kelancaran tugasnya melayani tamu-tamu kapal pesiar.

Anom pun juga tak pelit memberikan saran kepada para pekerja muda yang ingin bekerja di kapal pesiar. Menurut Anom, dirinya tak pernah mengatakan kepada mereka yang ingin bekerja bahwa kerja di kapal pesiar itu enak dan banyak uang.

"Saya tak pernah bilang enak kerja di kapal pesiar atau enak dapat duit banyak. Saya hanya minta mereka jalan dulu. Setelah terima uang (gaji pertama), baru bisa rasakan bedanya," saran Anom.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Asisten Chef Rony Beny Anto (kiri) dan rekannya sesama orang Indonesia di kapal pesiar Costa Victoria dalam pelayaran rute Singapura-Phuket (Thailand)-Penang (Malaysia)-Singapura, 3-7 Desember 2015.
Bagaimana membunuh rasa bosan bekerja di kapal dan tiba-tiba kangen dengan keluarga? "Bisa main game atau nonton film. Sekarang kan lebih canggih bisa email, hape untuk berkomunikasi dengan keluarga," kata Anto.

"Kalau mau (menelepon) murah, saat kapal berlayar antara Singapura dan Batam, di sana bisa telepon keluarga dengan roaming dari Indonesia. Pekerja dari Indonesia di kapal pesiar sudah tahu itu," kata Anom sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com