Malaikat itu menggosok-gosokkan tangannya sehingga keluar api. Tangan yang diselimuti api itu didekatkan ke daun kelapa kering. Dalam sekejap api menyala.
Beberapa orang yang menyaksikan itu ketakutan. Mereka lari ke tepi pantai dan kemudian masuk ke laut. Setelah itu lenyap di Samudra Pasifik. Konon mereka kemudian berubah menjadi lumba-lumba.
Dari cerita itu mereka percaya bahwa lumba-lumba berasal dari penduduk Kepulauan Padaido yang masuk ke laut. Maka masyarakat hingga sekarang tidak menangkap lumba-lumba. Apalagi hewan-hewan itu kerap berenang di sisi perahu nelayan yang akan melaut.
Pantai yang ada di Kepulauan Padaido umumnya diselimuti pasir putih yang lembut. Maka setelah berenang, menyelam, atau menangkap ikan, wisatawan dapat berjalan atau bermain di tepi pantai.
Setiap kita melangkah tanpa sepatu tidak perlu takut tergores oleh karang atau bebatuan karena pasirnya lembut seperti tepung.
“Di sini pantainya indah dan udaranya masih murni. Begitu kata turis yang pernah saya antar,” ujar Anton yang pernah membawa wisatawan dari Jerman dan Afrika Selatan itu.
Masyarakatnya pun menyambut dengan ramah setiap pengunjung yang datang. Kalau Anda beruntung masyarakat akan menyuguhkan api unggun yang dibuat setinggi 10 meter.
Masyarakat membuat api unggun dengan cara menyusun empat batang pohon yang menjulang tinggi untuk dijadikan kerangka. Bagian dalam diisi dengan daun-daun kelapa yang dikeringkan. Setelah disulut, api teciptalah api unggun yang membumbung tinggi.
Biasanya para tamu disuguhi lagu-lagu rakyat yang diiringi dengan gitar dan barang-barang yang dipukul sebagai gendang.
Ada pula sebuah gitar besar buatan penduduk setempat dari batang pohon. Senarnya terbuat dari tali pancing yang cukup tebal.
Kalau lagu-lagu dikumandangkan, penduduk mengajak wisatawan untuk menari sembari bernayanyi sampai pagi.
Kalau Anda datang ke tempat ini, masyarakat akan menyambut dengan penuh keramahan. Nah, Anda tertarik datang ke tempat ini?
Kalau berminat jangan lupa bawa bahan makanan karena warung penduduk hanya menyediakan barang-barang terbatas. Selamat menikmati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.