Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gong Si Bolong dari Depok, Alat Musik Legendaris yang Terlupakan

Kompas.com - 04/09/2016, 08:01 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Buang Suyadi (71) tampak duduk bersimpuh di belakang sebuah alat musik gamelan yang tertutup kain merah. Sesekali ia berpegangan pada penyangga alat musik itu.

Ia berpeci hitam dan berbaju hitam. Di pinggangnya terbelit ikat pinggang layaknya aksesoris Betawi yang biasa dipakai di baju adat Betawi.

Di dekatnya ada secangkir kopi, ditaruh di dekat kayu penyangga gong. Pandangannya tampak kosong. Wajahnya yang telah mengeriput dan berambut putih masih setia memainkan Gong Si Bolong bersama pemain-pemain gamelan lain yang juga tampak sepuh.

Ia bersama kelompoknya, Gong Si Bolong tampil di Hotel Santika Depok. Alat musik di depannya itu dikenal dengan sebutan Gong Si Bolong, alat musik kesenian legendaris khas Depok yang konon tak banyak orang tahu.

KompasTravel sempat menemukan fakta unik dari beberapa pengunjung Hotel Santika Depok, empat orang remaja dan satu orang dewasa baru mengetahui bentuk Gong Si Bolong. Empat orang remaja itu juga sama sekali tak pernah mendengar Gong Si Bolong.

Buang Jayadi selaku pewaris Gong Si Bolong mengatakan saat ini peminat kesenian Gong Si Bolong kalah bersinar dari kesenian musik modern lain. Ia juga menyebutkan pagelaran musik Gong Si Bolong terpendam oleh musik-musik organ tunggal.

"Zaman dulu mentas sampai jalan kaki ke Cilangkap, Sidamukti (Depok timur), Cibubur, Gandaria, Cipayung, Cijantung, Kelapa Dua. Pas masih muda dan bujangan di acara sunatan dan kawinan. Kalau sekarang kan sudah ada organ tunggal," kata Bujang kepada KompasTravel di Hotel Santika Depok, Sabtu (3/9/2016).

Ia mengatakan, bunyi Gong Si Bolong dikenal sangat nyaring. Menurut cerita-cerita dari orang tua pada saat Buang Jayadi muda, suara Gong si Bolong bisa terdengar hingga puluhan kilometer.

"Dulu banyak yang cerita bunyi nyaring gongnya nyaring dari Cibubur ke Kelapa Dua, Depok terdengar. Mungkin juga karena zaman dulu belum banyak kendaraan dan bangunan ya," ungkapnya.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Buang Jayadi (71) menunjukkan bagian Gong Si Bolong yang sempat diperbaiki dengan cara dipatri pada tahun 1980-an saat dibawa ke Hotel Santika Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/9/2016). Gong Si Bolong konon ditemukan sejak abad-16.
Sejarah Gong Bolong

Gong Si Bolong merupakan alat kesenian berupa gong yang berbentuk bolong di bagian tengah. Bentuk itu, lanjut Bujang, karena usia yang sudah lama dan penggunaan.

Kesenian Gong Si Bolong terbentuk berawal dari ditemukannya seperangkat alat musik tradisional Sunda yang ditemukan oleh alim ulama asal Cianjur, Pak Jimin, pada tahun 1648 di Kampung Tanah Baru, Depok.

Berdasarkan sejarah pada abad ke-16, Kampung Tanah Baru pada saat itu sebagain besar masih berupa hutan dan rawa. Penduduknya sangat sedikit dan umumnya bekerja sebagai petani.

Buang Jayadi bercerita di kampung Tanah Baru sering kali terdengar bunyi-bunyian suara gamelan di tengah malam. Namun ketika sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang yang dapat menemukannya.

Lokasi penemuannya adalah di sekitar Curug Agung di pinggir aliran sungai Krukut. Kala itu, lanjut Buang, Pak Jimin hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat   pukulnya, gendang dan bende.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com