Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambut Matahari Terbit di Sanur, Wow Indahnya...

Kompas.com - 04/09/2016, 15:04 WIB

Sudah barang tentu wisatawannya bervariasi dari wisatawan yang suka ngutil membawa pulang handuk hotel, wisatawan bersahaja dan wisatawan sok jadi raja. Mau tidak mau, suka tidak suka Bali harus menanggung beban deritanya karena pariwisata telah mengubah segalanya.

Ketika saya berlari pagi menyusuri pantai Sanur dari ujung utara hingga selatan, saya tersentak dengan beberapa bule yang memungut sampah plastik. Dengan membawa tas ransel mereka rela memungut sampah plastik tersebut.

Terlepas dari apa tujuannya, tapi itu sebuah bentuk kepedulian mereka. Bagi mereka gelas plastik yang terhempas di pesisir pantai harus dibersihkan, daripada dimakan penyu atau ikan sekitarnya.

Kalau kita juga bersikap dan bertindak seperti mereka, apa kata dunia? Bali pasti tidak akan dibuli habis-habisan. Di satu sisi, saya juga melihat ibu-ibu lokal Bali dari dinas kebersihan pantai yang sedang aktif membersihkan plastik tersebut.

Kalau kita tidak bisa melakukan tindakan seperti mereka di atas, tidak apa-apa. Ada cara lain yang bersifat jangka panjang, yaitu pendidikan penanganan sampah kepada anak-anak kita sejak usia dini.

Soalnya pendidikan untuk dewasa biasanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, alias berlalu saja. Kita menggantungkan harapan kepada anak-anak muda, sembari menyampaikan betapa berbahayanya plastik untuk kelangsungan kehidupan kita.

Abad ini adalah abad ke-21. Peradaban manusia sudah berkembang sangat jauh. Kita masih jauh ketinggalan ngurusin sampah. Bingung tidak ada jalan keluar. Warga asing sudah mempersiapkan diri tinggal di Planet Mars.

MADE AGUS WARDANA Kelapa muda di Hotel Inna Sindhu Beach di Sanur, Bali.
Pengaturan sampah sudah sangat profesional di negeri mereka. Truk sampah di Eropa memungut sampah setiap 2 kali seminggu di depan rumah.

Plastik sampah dibedakan, seperti di kota Brussel Belgia misalnya, tas putih untuk sampah bio dapur, tas kuning untuk sampah kertas, tas biru untuk plastik minuman, tas hijau untuk tumbuh-tumbuhan.

Semuanya berjalan tanpa hambatan, tinggal bayar pajak tahunan rumah tangga sebesar 89 euro semua beres.

Menikmati Hidup dan Tetap Mengkritisi

Pegok Sesetan membuat hati saya senang karena di sana saya dilahirkan. Romantisme matahari terbit yang membawa kedamaian di situ saya rasakan.

Berlibur di Hotel Inna Sindhu Beach sebagai pilihan keluarga tercinta serta perduli dengan sampah plastik merupakan  empat pengalaman nyata yang saya lihat dan alami sendiri.

MADE AGUS WARDANA Wisatawan di Pantai Sanur, Bali.
Pikiran yang penat dan lelahnya jasmani mengharuskan kita meluang waktu untuk berlibur. Berlibur tidak perlu jauh yang penting terjangkau dengan isi dompet kita. Hiduplah yang wajar, semampunya dan dapat dinikmati. Apa yang kita lihat dan rasakan selama berlibur akan terkenang selamanya.

Begitu pula dengan turis asing jika melihat plastik berserakan mereka akan bercerita dan berbekas di hatinya.

Nah, di sini lah kita perlu mengkritisi apa saja yang mengganggu kenyamanan lingkungan kita, agar menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan di masa-masa yang akan datang. Yuk berlibur sambil perduli lingkungan... (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com