Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menginap di Kamar Seharga Rp 2 Juta Per Malam di Pegunungan Tengah Papua

Kompas.com - 03/10/2016, 18:55 WIB
Garry Andrew Lotulung

Penulis

Ungkapan bahwa selalu ada hal baru dalam setiap perjalanan memang tidak salah. Itulah yang dirasakan oleh Kompas.com ketika berkunjung ke Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

Kompas.com mengunjungi daerah nan eksotis itu pada pertengahan September lalu. Perjalanan yang dimulai dari Jakarta, transit di Bali, lalu dilanjutkan ke kota Timika itu memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan.

Karena kami berangkat tengah malam, maka saat sampai di Bandara Mozes Kilangan, Timika, kami disambut pagi. Untunglah hari itu cuaca cerah, karena dari sini kami harus menumpang pesawat perintis agar bisa sampai ke wilayah pegunungan.

Nah, petualangan sebenarnya dimulai dari sini. Hati saya langsung berdebar saat melihat pesawat yang akan mengangkut kami. Pesawat itu kecil saja, hanya bisa ditumpangi 7 orang. Warnanya putih ungu dengan baling-baling di moncongnya. Saya berpikir, bagaimana kalau satu mesin baling-baling ini tiba-tiba macet?

Saat saya masih terheran-heran, tiba-tiba kami diminta untuk menimbang badan.  Ternyata selain barang bawaan, penumpang pun harus diukur beratnya untuk menyesuaikan dengan batas bobot maksimal pesawat. Untunglah bobot saya masih masuk. Fiuuuh...

Akhirnya kami pun diminta masuk pesawat. Ternyata penumpangnya hanya kami saja bertujuh. Tidak ada orang lain di luar rombongan kami. Ke mana orang-orang lain? Tidak adakah warga setempat yang naik pesawat?

Ternyata saya segera mendapat jawabannya. Rupanya kami menaiki pesawat yang disewa khusus untuk rombongan ini. Bila menggunakan jadwal penerbangan umum yang harga tiketnya sekitar Rp 700 ribu per orang, kami harus menunggu antrean terbang hingga 3 bulan ke depan.

Menurut informasi dari beberapa orang yang saya temui, dengan jalur khusus ini, harga carter pesawat itu mencapai Rp 35 juta untuk sekali terbang! Padahal lama penerbangan hanya sekitar 25 menit saja untuk sampai ke Distrik Ilaga.

Meski perjalanan sangat pendek, namun naik pesawat kecil di wilayah pegunungan ini sungguh merupakan pengalaman tek terlupakan. Pesawat tak henti bergoyang karena dihempas angin. Suara mesinnya terdengar sampai kabin. Rrrrrrr.....

Untung rasa ngeri itu terbayar oleh pemandangan menakjubkan Gunung Cartenz dan pegunungan tertutup hutan yang diselimuti awan.

Penginapan Rp 2 Juta semalam

Sesampai di Distrik Ilaga kami diantar menuju sebuah bangunan yang terbuat dari kayu. Bangunan itu tampak lebih baru dibanding rumah-rumah lain yang kami jumpai. Ternyata itu penginapan kami selama di Ilaga.

Menurut warga sekitar, bangunan sederhana itu adalah yang terbaik di sini. Konon biaya pembangunannya mencapai Rp 3 miliar. Ya, miliar. Saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana uang sebanyak itu “hanya” menghasilkan bangunan seperti ini.

Saya makin kaget saat diberi tahu bahwa biaya penginapan per kamar Rp 2 juta per malam. Saya menduga-duga seperti apa ya bagian dalamnya.

Saat memasuki kamar, kami terkejut melihat apa yang ada di dalamnya. Jangan bayangkan tempat tidur mahal dan furniture mewah tersedia di kamar tersebut. Kami hanya mendapati sepasang kasur busa dan dinding kamar berupa tripleks tipis. Tapi kami maklum, kondisi seperti ini disebabkan karena wilayah itu sangat terpencil dan tidak mudah dikunjungi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com