Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Boleh Sembarang Berdoa di Makam Agung Soppeng

Kompas.com - 01/12/2016, 08:06 WIB
Muhammad Irzal Adikurnia

Penulis

SOPPENG, KOMPAS.com - Sebagai salah satu kota yang memiliki kerajaan pada masa lalu, Kabupaten Soppeng di Sulawesi Selatan sangat kaya akan peninggalan sejarah. Selain peninggalan tak benda berupa adat istiadat, ada juga peninggalan yang berbentuk fisik seperti makam.

Berkunjung ke makam para raja di kota bekas kerajaan merupakan aktivitas yang tak boleh dilewatkan saat berwisata ke Soppeng. Makam ini Jera Lompoe, berada di bukit Desa Bila, Kecamatan Lalabata, Watansoppeng.

BACA JUGA: Villa Yuliana, Persembahan untuk Ratu Wilhelmina di Kabupaten Soppeng

Makam tersebut berada di ketinggian 135 meter di atas permukaan laut (mdpl), dikelilingi daratan yang yang lebih rendah, sehingga pemandangan lembah dan Watansoppeng terhampar jelas di depan mata.

Matarimah, salah satu koordinator makam yang berasal dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Kabupaten Soppeng mengatakan, nama Jera Lompoe memiliki arti Makam Besar. Makam ini juga biasa disebut Makam Agung atau Makam Raja, karena ada 30 raja yang dimakamkan di sini.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Taman yang mengelilingi makam raja di Jera Lampoe, Soppeng.
Uniknya, para raja tak hanya berasal dari Kerajaan Soppeng. Ada juga raja dari Kerajaan Bugis, seperti Kerajaan Luwuk dan Kerajaan Sidenreng. Semua raja di sini bergelar Datuk.

“Makam ini berasal dari abad ke 17 menurut peneliti arkeologi. Pernah juga diteliti isi jenazahnya tahun 77 sebelum dipugar, ternyata proses pemakamannya sudah menggunakan cara Islam. Berarti setelah Kerajaan Soppeng menganut Islam pada 1609,” ujar Matarimah kepada KompasTravel, Kamis (24/11/2016).

BACA JUGA: Indahnya Berwisata Sekaligus Belajar Perdamaian di Kabupaten Soppeng

Hingga saat ini, keturunan-keturunannya para raja masih sering berziarah untuk berdoa hingga meminta restu. Tidak sembarang orang dapat berdoa di kompleks makam ini, hanya keturunan raja atau bangsawan yang boleh berdoa di depan makam rajanya.

“Biasanya yang mau berdoa didata dulu, dia keturunan siapa dan mau berdoa ke makam siapa, jadi tidak sembarang orang. Agar tidak dimanfaatkan yang aneh-aneh oleh sembarang orang," tambah Matarimah.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Hingga saat ini, keturunan-keturunannya masih sering berziarah ke makam raja Jera Lompoe, untuk mendoakan raja hingga meminta restu.
Anda dapat mempelajari karakter makam-makam raja di sana. Walaupun dimakamkan dengan cara Islam setelah Soppeng menganut Islam dari Kerajaan Gowa, desain makam-makam di sini sangat dipengaruhi zaman megalitik atau prasejarah.

Secara keseluruhan, bentuk makam seperti bangunan rumah dan bagian atasnya ditancapkan nisan besar yang menyerupai bangunan megalitik. Mayoritas jirat masih berbentuk kubur peti batu seperti masa prasejarah, ada juga yang lebih 'modern' menyerupai rumah Bugis. Ragam hiasnya merupakan pelestarian motif-motif seperti hulu keris dan mahkota raja.

BACA JUGA: Uniknya Kelelawar Soppeng, Mitos Jodoh hingga Bencana di Kota Kalong

Matarimah menjelaskan, makam raja Bugis memiliki dua nisan yang terletak di depan dan belakang. Raja laki-laki memiliki nisan yang sejajar, sedangkan raja perempuan memiliki satu nisan yang lebih tinggi dari nisan satunya.

Di sekeliling makam terdapat taman yang luas dan indah, dipenuhi pepohonan yang tinggi seperti kelapa. Konon ini sudah ada sejak kompleks makam tersebut ditemukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com