Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perkebunan teh di kaki Gunung Cikuray ini sudah berubah menjadi perkebunan sayuran.
Auh Sahrudin (50), petani yang keluarganya turun-temurun menanam sayur menjelaskan, 80 persen kawasan di kaki Gunung Cikuray sudah jadi kebun sayur, seperti kentang, kol atau cabai.
Malah, kebun sayur itu sudah merambah ke daerah atasnya hingga 2.000 mdpl. ”Kini banyak juga petani yang menanam kayu keras di sela-sela kebun sayur. Kesadaran itu terutama terpicu oleh musibah banjir bandang Sungai Cimanuk yang meluluhlantakkan Kota Garut, 20 September lalu,” ujar Auh Sahrudin.
Alih fungsi lahan hutan yang sangat masif itu sangat memprihatinkan karena Gunung Cikuray merupakan hulu Sungai Cimanuk. Dengan adanya Festival Nyaneut diharapkan warga tergugah dan mau mempertahankan sisa-sisa perkebunan teh sebab dari sisi konservasi pohon teh lebih menahan air ketimbang tanaman sayuran.
Untuk menjalankan festival ini Dasep merangkul berbagai komunitas anak muda di kampung seperti Karang Taruna. Inti acaranya adalah menggelar tradisi minum teh sambil melihat pergelaran seni. Di dalamnya ada upaya melakukan konservasi lingkungan melalui pelestarian kebun teh.