Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Kolotok di Kaki Gunung Madati

Kompas.com - 17/01/2017, 22:09 WIB

Bebegig ini satu-satunya di Indonesia dan selayaknya seni tradisi hasil karya anak bangsa ini diangkat dan dilestarikan.

Filosofi

Karena pengaruh mitos yang kuat, hampir setiap rumah warga Sukamantri memiliki topeng bebegig. Istimewanya lagi, lanjut Kuswara, jika berkostum bebegig dengan ijuk yang dibelit di kaki, aura bebegig berupa raksasa yang mengerikan, langsung didapat.

Tokoh seni yang juga Ketua Umum Sasana Budaya Sukamantri, Bah Upung Purwata (71), mengatakan, filosofi bebegig seperti tangkal kawung (pohon aren).

Seluruh isi pohon aren berguna, mulai dari ijuk, daun, kolang-kaling, hingga lidinya. Tidak ada satu pun bagian dari pohon aren yang tidak berguna. Artinya, hidup warga Sukamantri harus bermanfaat bagi bangsa dan negara. Seperti pohon aren, mulai dari akar hingga pucuknya bermanfaat bagi kehidupan.

Aksesori bebegig berupa daun waregu yang dahulu di kampung-kampung lidinya dipakai untuk joran pancing. Artinya, orang Sukamantri harus lentur seperti joran dan liat tali, yakni bijaksana tetapi tegas.

Kembang bubuay, jika disemprot minyak wangi, bunga itu selain harum juga makin kuat terikat dalam tandannya. Artinya, warga harus reyekan sauyunan (bersatu, bersama) agar menjadi kuat. ”Warga Sukamantri harus reyek, bersama-sama membangun atau gotong royong,” ujar Bah Upung.

Filosofi ini masih dijalankan oleh warga Sukamantri, terutama dalam kegiatan sosial. Contohnya, jika ada yang meninggal, banyak sekali warga yang melayat walaupun tetangga jauh.

Suatu saat seorang warga Sukamantri yang bekerja sebagai tukang besi di pasar loak di Bandung meninggal. Sebagai kepala desa, Bah Upung melayat bersama sejumlah warga lainnya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung.

”Saat itu ada jurnalis bertanya karena begitu banyak orang Sukamantri. Dia kaget karena ternyata yang meninggal itu orang biasa, bukan pejabat tinggi,” ungkap Bah Upung

Aksesori lainnya adalah kembang hahapaan (hampa). Maknanya, walaupun hampa, jika bersatu padu, bergotong royong, akan memiliki kekuatan yang berisi. Itu merupakan pesan bahwa warga Sukamantri harus saling membagi.

”Raskin di Sukamantri sekarang gratis bagi warga miskin karena beras itu dibayar oleh seorang pengusaha distributor besi di PT Krakatau Steel. Pengusaha asli Sukamantri,” ujar Bah Upung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com