Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Kolotok di Kaki Gunung Madati

Kompas.com - 17/01/2017, 22:09 WIB

Kolotok

Kolotok biasa digunakan untuk kerbau yang memiliki sifat sabar. Leluhur Sukamantri mengajarkan keturunannya agar selalu sabar. Namun, ketika kerbau terusik, dia akan berontak yang sulit dicegah.

Kekuatan inilah juga harus menjadi semangat korektif warga Sukamantri jika melihat penyimpangan dalam masyarakat. Tentu saja, lanjut bah Upung, ”pemberontakan” itu tetap berpijak pada tata krama, norma, dan aturan yang benar.

Kolotok itu digunakan untuk penanda bunyi (tingkolotok, tangara, ciciren) keberadaan hewan pada pengembalaan. Pesannya adalah di mana pun warga Sukamantri berada harus terdengar perilaku baiknya atau harum namanya. Mereka harus menjadi tokoh masyarakat
atau menjadi panutan.

”Alhamdulilah, pesan ini masih dijalankan oleh warga Sukamantri di perantauan. Walaupun usahanya hanya tukang besi tua, banyak di antara warga kami jadi ketua RT/RW di Bandung,” ujar Bah.

Sejarah bebegig berkaitan erat dengan wilayah Karang Gantungan, yakni bukit hutan larangan yang dianggap keramat di utara Sukamantri.

Bukit dengan ketinggian 1.200 mdpl ini dipercaya masyarakat sebagai hutan bekas kerajaan. Di bawah bukit ada sungai yang bersumber dari mata air di perbukitan dan mengalirkan air jernih.

Leluhur Sukamantri, yakni Prabu Sampulur, yang menjadi penguasa wilayah itu ratusan tahun lalu, khawatir sumber air itu diganggu orang-orang tidak bertanggung jawab. Lalu, ia membuat bebegig, topeng dengan karakter makhluk menyeramkan.

Topeng-topeng kulit kayu itu dipasang di pohon-pohon besar di sekitar Karang Gantungan.

Konon, karena kesaktian Sang Prabu, orang yang berniat jahat melihat topeng itu bagaikan makhluk tinggi besar menyeramkan yang siap menerkam. Orang yang bermaksud masuk hutan jadi ketakutan.

Hingga kini, warga Sukamantri memelihara kearifan lokal itu. Sumber air juga harus dijaga karena berfungsi sebagai penyangga kehidupan. (DEDI MUHTADI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Januari 2017, di halaman 22 dengan judul "Festival Kolotok di Kaki Gunung Madati".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com