Tak hanya menghibur wisatawan, pentas tari juga menjadi media untuk memperkuat jati diri dan menebar harmoni di antara warga. Karena itu, kegiatan ini disambut antusias.
Para penari sepuh, berusia 55 tahun sampai 85 tahun, turun gunung. Ada Giono Giman (kuda lumping), Mbah Nasim (tari rodat), Sutrisno dan Maryoto (penerus grup ketoprak), Turut Sukardi, dan Lungguh Wahono (pakar tari keprajuritan).
Mereka mengajari anak-anak menari, bahkan kadang ikut tampil di hadapan wisatawan.
”Paket tarian bervariasi, pemainnya 4-8 orang. Untuk sajian atraksi wisata, biasanya tiap pertunjukan berlangsung 15-20 menit,” ujar Trisno. Pergelaran itu memberi rezeki tambahan bagi warga yang turut menari.
Oleh karena itu, banyak warga yang turut membantu. Ketua Kelompok Seni Krido Budi Utomo, Pardi (75), menyediakan pekarangan untuk menyimpan seperangkat gamelan, musik pengiring tari, dan ratusan aksesori perlengkapan tari.
Sebagian warga juga menyediakan pekarangan untuk sanggar tari dan ruang pentas tari.
Sejumlah warga menyiapkan pekarangan untuk pasar tiban. Hanya 10 pedagang warga asli yang boleh berjualan sayuran, mulai dari waluh (labu kuning) cabai, kol, kedelai, tomat, hingga sawi produksi setempat.
Warga lainnya menjadikan rumah mereka sebagai tempat tinggal wisatawan, homestay. Seiring dengan maraknya wisatawan, rumah-rumah warga juga direnovasi. Jalan menuju desa pun dibeton dengan lebar 5 meter agar bus bisa leluasa masuk.
Untuk memasarkan paket-paket wisata itu, Trisno menggandeng para pelaku wisata di luar kota serta memanfaatkan promosi di internet. Agar lebih memikat, desa ini dilabeli Desa Wisata Menari Tanon.
Pendekatan ini cukup mengena. Belum lama ini, sejumlah turis Singapura menginap di desa itu, bertualang, serta menyantap sayur lodeh buatan warga.
Outbound dan wisata tari di Dusun Tanon memberikan hasil lumayan. Dalam tiga tahun terakhir, terbukukan transaksi senilai Rp 250 juta. Pendapatan terbesar dari paket-paket wisata dengan kegiatan outbound.
Atas usahanya itu, Trisno memperoleh penghargaan dari PT Astra International. Pada 2014, Desa Ngrawan mendapat predikat Desa Sejahtera Mandiri dari Kementerian Sosial.