SINGAPURA, KOMPAS.com - Pramugari bukan sembarang profesi. Tugasnya tak bisa dikatakan ringan, meskipun hanya melayani penumpang di udara.
Apalagi bekerja sebagai pramugari di maskapai asing, melayani penumpang berbagai bangsa dengan beragam karakter yang berbeda.
Silk Air, maskapai penerbangan full service, anak perusahaan Singapore Airlines tak melulu merekrut awak kabin dari Singapura semata, namun juga merekrut awak kabin dari negara Asia, terutama negara-negara yang menjadi destinasi Silk Air.
(BACA: Indonesia Bujuk Maskapai Asal Singapura Buka Rute Baru)
Hingga kini, tercatat ada 11 pramugari Indonesia bekerja di Silk Air. Maskapai ini terbang ke 12 kota di Indonesia yakni Bali, Balikpapan, Bandung, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.
Saat KompasTravel mengunjungi Singapura, Selasa (7/2/2017), berkesempatan bertemu langsung dengan dua pramugari Indonesia yang bekerja di sana.
Simulasi dilakukan secara bergantian bagaimana mereka seakan-akan melayani penumpang di udara.
(BACA: Cerita Pramugari Garuda yang Gendong Seorang Nenek di Pesawat)
Apa menariknya menjadi pramugari Silk Air? "Bertemu banyak orang dengan tipe penumpang dan karakter yang berbeda-beda," kata Rahajeng Kusumawati Guntoro (31) atau akrab disapa Ajeng ini.
Ajeng mengaku sudah 7 tahun bekerja sebagai pramugari Silk Air. Sarjana Komunikasi UPN Jatim ini awalnya hanya coba-coba saja saat melamar menjadi pramugari Silk Air.
Pengalaman yang paling berkesan adalah saat terbang ke Medan ada seorang penumpang memberikan makanan. "Biasanya mereka yang memberikan makanan itu profesinya sama-sama bekerja sebagai awak kabin," terang Ajeng.
Namun, lanjutnya, setelah dicek, ternyata yang memberi makanan tadi hanyalah penumpang biasa. "Pengalaman yang sangat berkesan," ujarnya.
Ajeng melanjutkan, terbang paling jauh dengan Silk Air adalah ke Cairns, Australia yang menghabiskan waktu sekitar 5 jam di udara.