Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Pemimpin di Batu Tering

Kompas.com - 07/04/2017, 19:36 WIB

KABUPATEN Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, tidak hanya memiliki bentang alam yang indah, baik di kawasan pesisir maupun daratan, tetapi juga menyimpan jejak purbakala berupa sisa peninggalan zaman Megalitikum.

Peninggalan dalam bentuk batu-batu besar tersebut tersebar di beberapa lokasi, salah satunya sarkofagus alias kuburan batu Ai Renung di Desa Batu Tering, Kecamatan Moyo Hulu.

Desa Batu Tering terletak sekitar 39 kilometer arah selatan Kota Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa.

Setelah tiba di desa itu, pengunjung harus menempuh perjalanan sejauh 5 km ke perbukitan di sisi barat desa untuk sampai ke sarkofagus.

Kondisi jalan buruk, berupa tanah berbatu. Selain berjalan kaki, hanya sepeda motor serta mobil jenis tertentu yang bisa digunakan menuju ke lokasi.

(BACA: Mau ke Komodo, Lewat Sumbawa Saja)

Di Desa Batu Tering terdapat tujuh sarkofagus yang oleh warga setempat disebut Batu Peti. Sarkofagus itu tersebar di lima lokasi.

Lokasi pertama terletak di dataran paling rendah. Di lokasi yang berdampingan dengan persawahan di kaki bukit itu terdapat dua sarkofagus.

Kompas yang didampingi juru pelihara situs Ai Renung, Syahrudin (38), berkunjung ke lokasi itu, Senin (27/3/2017).

Di beberapa bagian batu sarkofagus, terdapat relief, seperti biawak, kepala, dan manusia. Penggambaran manusia dalam relief beragam, seperti berdiri sambil mengangkat tangan atau dalam posisi tidur.

(BACA: Pelesir ke Sumbawa? Ini Panduan Nyeberang dari Pelabuhan Kayangan Lombok)

Lokasi sarkofagus kedua sekitar 20 meter arah timur laut sarkofagus pertama. Sementara itu, sarkofagus ketiga berada di sisi utara, sekitar 250 meter dari sarkofagus pertama.

Jika melihat ke arah utara dari sarkofagus ketiga, pengunjung bisa melihat lanskap tanah Sumbawa berupa deretan bukit-bukit hijau, ladang, dan sawah. Terlihat pula bendungan terbesar di Nusa Tenggara Barat, yakni Batu Bulan yang luasnya sekitar 5.100 hektar.

Lokasi keempat dan kelima sarkofagus berada sekitar 1 km dari sarkofagus pertama. Lokasi itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 1 jam. Kedua sarkofagus berlokasi di lereng bukit.

Pertama ditemukan

Budayawan Sumbawa, Dinullah Rayes, yang pernah meneliti situs Ai Renung pada tahun 1975, mengatakan, situs Ai Renung merupakan situs pertama yang ditemukan di wilayah Sumbawa.

Situs itu ditemukan tahun 1963 oleh petani. Menurut Dinullah, sarkofagus di situs Ai Renung diperkirakan sudah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi.

”Sarkofagus itu merupakan makam bagi pemimpin atau orang-orang yang dituakan oleh komunitas pada masa lampau di kawasan itu,” kata Dinullah.

Menurut Dinullah, relief atau motif hias di sarkofagus Ai Renung memiliki makna tersendiri. Secara umum, hal itu menggambarkan kehidupan, kesuburan, dan alam roh.

Kesuburan, misalnya, digambarkan lewat motif manusia dengan penonjolan pada alat kelamin perempuan, sedangkan kehidupan lewat motif kepala manusia.

Terkait posisi sarkofagus di bukit atau ketinggian, menurut Dinullah, hal itu melambangkan alam arwah berada di tempat tinggi, lebih dekat dengan nirwana.

Meski lokasinya cukup sulit dijangkau, situs Ai Renung yang berada di bawah tanggung jawab Balai Pelestarian Cagar Budaya Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang berkantor di Gianyar, Bali, banyak didatangi pengunjung.

Mereka tidak hanya masyarakat Sumbawa, tetapi juga dari luar, seperti Lombok dan Jakarta. Peneliti asing juga datang ke Ai Renung, seperti dari Hongaria, Australia, Belgia, Jerman, dan Polandia.

Sarkofagus Ai Renung dinilai sangat bermanfaat karena menambah pengetahuan tentang kehidupan masa prasejarah.

”Namun, infrastruktur jalan ke Ai Renung harus diperbaiki. Tidak ada gunanya mengembangkan pariwisata kalau infrastrukturnya jelek,” tulis Suparman, dosen salah satu perguruan tinggi di Sumbawa di buku pengunjung.

Di Kabupaten Sumbawa terdapat lima situs purbakala dan semua terletak di Moyo Hulu. Selain Ai Renung, juga terdapat situs Raboran di Sebasang dan tiga situs di Kuang Amo.

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Sumbawa Muhammad Ikhsan mengatakan, situs-situs itu sudah lama dikembangkan sebagai destinasi wisata, tetapi hanya kalangan tertentu yang berminat.

Menurut Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali Wayan Muliarsa, pengelolaan, pengembangan, dan pemanfaatan situs Megalitikum khususnya untuk pariwisata di Sumbawa adalah kewenangan pemerintah daerah. Pihaknya fokus pada bantuan teknis untuk perlindungan kawasan konservasi, zonasi, dan perawatan. (ISMAIL ZAKARIA/HARIS FIRDAUS/AGUS MULYADI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 April 2017 di halaman 24 dengan judul "Makam Pemimpin di Batu Tering".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com