Serpihan gending
Kini, serpihan gending itu utuh dapat dimainkan seka (kelompok) miliknya dari tabuhan tari klasik legong hingga sejumlah tari klasik lainnya.
Tak hanya pementasan, malam itu menjadi lengkap dengan penayangan film tari Legong Lasem pada tahun 1930-an yang tengah berlatih di jaba (halaman) tengah Pura Samuan Tiga, Gianyar, yang berdurasi 20 menit.
Film dokumenter hitam putih ini merupakan Program Repatriasi Arsip Bali 1928 direkam Miguel Covarrubias pada tahun 1930-1934.
Program ini merupakan gagasan Edward Herbs dan koordinator proyek oleh Marlowe Bandem. Pengadaannya diproduksi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bali bekerja sama dengan Arbiter Cultural Traditional dan lembaga-lembaga arsip budaya dunia.
Film dokumenter itu menampilkan bagaimana I Camplung dan I Ciglek menarikan Legong Lasem di jaba (halaman) tengah Pura Samuan Tiga.
Terasa ada sesuatu magis dengan gerakan-gerakan ritmis tetapi bertenaga. Pada masa itu, sebagian besar penari adalah lelaki, yang berperan sebagai perempuan.
Camplung dan Ciglek berlatih menari tanpa baju di zaman itu dan hanya mengenakan kain sederhana. Namun, cara menari keduanya penuh penjiwaan.
Melalui film dokumenter ini pula, seniman Bedulu mencoba merekonstruksi sebagai upaya revitalisasi.
Sudiarsa menjelaskan, film dokumenter itu sebenarnya lengkap hingga pementasan, hanya saja berdurasi lebih dari 30 menit. Dan pakaian yang dikenakan Camplung dan Ciglek masih terawat sampai kini.
Pakaian yang dikenakan penari sewaktu pentas di Bentara Budaya Bali adalah pakaian dari generasi pertama itu. ”Ya, pakaian penari masih asli warisan angkatan pertama. Ada perbaikan saja sana-sini,” tuturnya.
Soal gaya, menurut Sumarsana, ia percaya penonton jeli. Penari Bedulu sekarang mengalami akulturasi dari gaya legong Saba atau Peliatan.
Namun, gaya Badulu angkatan pertama tetap diupayakan mendominasi seluruh urutan tari legong.
Urutan pementasan adalah pepeson condong, pepeson legong, bapang durga, bapang gede, pengawak, pengecet, pengipuk, pangkat, garuda, dan pekaad. Cerita Lasem sendiri masuk di adegan pengecet. Roman Prabu Lasem mengejar sang putri di adegan pengipuk.
Sesi garuda merupakan sesi Lasem bertemu gagak yang menghalangi jalannya menuju Kerajaan Dhaha.
”Legong Lasem bukan lagi menghadapi kepunahan, melainkan legong ini tengah menghadapi komersialisasi yang hampir memangkas seluruh sesi dan tidak taatnya penari dengan cara menari yang seperti angkatan pendahulunya,” kata Sudiarsa dengan sedih.
Penari gagak masuk. Tinggal seorang penari menutup Legong Lasem malam itu. Tepuk tangan penonton pun pernah memecah kekhidmatan seluruh tarian yang tersaji.... (AYU SULISTYOWATI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.