Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roman Legong Gaya Bedulu

Kompas.com - 02/05/2017, 09:21 WIB

Serpihan gending

Kini, serpihan gending itu utuh dapat dimainkan seka (kelompok) miliknya dari tabuhan tari klasik legong hingga sejumlah tari klasik lainnya.

Tak hanya pementasan, malam itu menjadi lengkap dengan penayangan film tari Legong Lasem pada tahun 1930-an yang tengah berlatih di jaba (halaman) tengah Pura Samuan Tiga, Gianyar, yang berdurasi 20 menit.

Film dokumenter hitam putih ini merupakan Program Repatriasi Arsip Bali 1928 direkam Miguel Covarrubias pada tahun 1930-1934.

Program ini merupakan gagasan Edward Herbs dan koordinator proyek oleh Marlowe Bandem. Pengadaannya diproduksi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bali bekerja sama dengan Arbiter Cultural Traditional dan lembaga-lembaga arsip budaya dunia.

Film dokumenter itu menampilkan bagaimana I Camplung dan I Ciglek menarikan Legong Lasem di jaba (halaman) tengah Pura Samuan Tiga.

Terasa ada sesuatu magis dengan gerakan-gerakan ritmis tetapi bertenaga. Pada masa itu, sebagian besar penari adalah lelaki, yang berperan sebagai perempuan.

Camplung dan Ciglek berlatih menari tanpa baju di zaman itu dan hanya mengenakan kain sederhana. Namun, cara menari keduanya penuh penjiwaan.

Melalui film dokumenter ini pula, seniman Bedulu mencoba merekonstruksi sebagai upaya revitalisasi.

Sudiarsa menjelaskan, film dokumenter itu sebenarnya lengkap hingga pementasan, hanya saja berdurasi lebih dari 30 menit. Dan pakaian yang dikenakan Camplung dan Ciglek masih terawat sampai kini.

Pakaian yang dikenakan penari sewaktu pentas di Bentara Budaya Bali adalah pakaian dari generasi pertama itu. ”Ya, pakaian penari masih asli warisan angkatan pertama. Ada perbaikan saja sana-sini,” tuturnya.

Soal gaya, menurut Sumarsana, ia percaya penonton jeli. Penari Bedulu sekarang mengalami akulturasi dari gaya legong Saba atau Peliatan.

Namun, gaya Badulu angkatan pertama tetap diupayakan mendominasi seluruh urutan tari legong.

Urutan pementasan adalah pepeson condong, pepeson legong, bapang durga, bapang gede, pengawak, pengecet, pengipuk, pangkat, garuda, dan pekaad. Cerita Lasem sendiri masuk di adegan pengecet. Roman Prabu Lasem mengejar sang putri di adegan pengipuk.

Sesi garuda merupakan sesi Lasem bertemu gagak yang menghalangi jalannya menuju Kerajaan Dhaha.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Tari Legong Lasem dimainkan dengan gaya bedulu di Bentara Budaya Bali, Minggu (23/4/2017). Legong klasik ini telah mencapai generasi kelima di Desa Bedulu, Gianyar, Bali. Saat pementasan, penari mengenakan pakaian warisan dari penari Legong Lasem generasi pertama.
Durasi aslinya 1 jam lebih 15 menit jika seluruh sesi lengkap tersaji. Karena keterbatasan waktu, Sudiarsa mengurangi pementasan menjadi sekitar satu jam.

”Legong Lasem bukan lagi menghadapi kepunahan, melainkan legong ini tengah menghadapi komersialisasi yang hampir memangkas seluruh sesi dan tidak taatnya penari dengan cara menari yang seperti angkatan pendahulunya,” kata Sudiarsa dengan sedih.

Penari gagak masuk. Tinggal seorang penari menutup Legong Lasem malam itu. Tepuk tangan penonton pun pernah memecah kekhidmatan seluruh tarian yang tersaji.... (AYU SULISTYOWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Travel Update
5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

Jalan Jalan
5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com