Banyak pengunjung berhenti di kedua air terjun itu untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke air terjun ketiga. Ada yang sekadar mencuci muka, ada juga yang mandi. Tidak sedikit pengunjung yang menyantap bekal mereka.
Beristirahat sejenak penting. Meski jarak air terjun ketiga dari air terjun kedua hanya 400 meter, waktu tempuhnya 30-40 menit. Jalurnya lebih menantang karena harus menaklukkan tanjakan dan turunan dengan kemiringan hampir 45 derajat.
Saat Kompas bersama beberapa orang mengunjungi kawasan tersebut awal Desember 2016 dan pertengahan Maret 2017, melewati tanjakan menuju air terjun ketiga cukup menguras tenaga dan membutuhkan konsentrasi.
Pijakan kaki harus benar-benar tepat agar tidak terjatuh karena sebagian jalurnya basah dan licin. Kami bahkan harus berhenti beberapa kali untuk beristirahat dan mengumpulkan energi sembari meneguk air minum.
Setelah mendaki, kami harus menuruni tebing sebelum mencapai air terjun ketiga. Berbeda dengan saat mendaki, jalur menurun bisa dibilang tidak jelas.
Patokannya hanya dengan melihat posisi air terjun dari atas lalu mencari jalur terbaik ke sana. Selama menuruni tebing, batang pohon atau akar yang mencuat menjadi satu-satunya pegangan agar tidak terjatuh.
Akan tetapi, rasa lelah dan ketegangan perjalanan itu terbayar ketika kita sampai di air terjun ketiga. Air terjun setinggi sekitar 20 meter itu begitu cantik.
Airnya yang bening dan segar jatuh dari atas ketinggian dan menciptakan suara khas. Jika beruntung, sesekali bias pelangi akan muncul saat percikan air bertemu sinar matahari.
Jika menoleh ke arah barat dari ketinggian itu, kita bisa melihat Pelabuhan Bungus dan laut lepas berwarna biru.
”Tidak sia-sia ke sini. Saya beruntung bisa melihat ketiga air terjun,” kata Haris Lisman Saputra (23), warga Kota Pariaman yang datang bersama kakaknya, Ibnu Yasir (35).
Dikelola mandiri
Menurut Dasril Datuk Putih, Ketua Rukun Warga III Cindakir yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Teluk Kabung Utara, Lubuk Hitam mulai dibuka tahun 1981 setelah rombongan wisatawan asing menjajal jalur ke sana.
Sebelumnya, warga setempat tidak berani kesana karena menganggap air terjun itu angker.