Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi Jati Diri Kampung Asli

Kompas.com - 09/05/2017, 05:38 WIB

SEIRING dengan lenyapnya genangan rob yang puluhan tahun menghantui kawasan sekitar Pasar Johar, Kota Semarang, kampung-kampung lama di sana mulai berbenah.

Lewat coretan mural, lorong-lorong kota yang dulu pengap dan kumuh dipercantik. Seni rupa jadi penguat identitas kampung sekaligus daya tarik wisata.

Menelusuri salah satu lorong Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, pada salah satu tembok sepanjang 25 meter, terpampang guratan motif-motif batik semarangan.

Bukan hanya itu, terlukis pula narasi sejarah terbentuknya Kota Semarang. Tembok itu telah berubah menjadi lembaran kisah, mirip wayang beber.

”Dua tahun terakhir, rob bukan lagi masalah. Lingkungan jadi bersih. Warga mulai menata kampung. Salah satunya melalui seni mural batik ini,” ujar Dwi Christianto (34), Ketua RT 004 Kampung Batik Tengah, Minggu (30/4/2017).

(BACA: Penggemar Selfie, Ini 4 Kampung Warna-warni di Indonesia)

Sebagai kampung batik pesisir di ibu kota Provinsi Jawa Tengah, kampung ini sudah lama dikenal sebagai pusat batik tulis. Di sini, wisatawan yang datang bisa menjumpai galeri batik serta bertemu perajin batik.

Ide mempercantik kampung diinisiasi warga sejak akhir 2016. Menurut Dwi, warga hanya ingin lingkungan Kampung Batik kembali menarik.

Pilihan pada seni mural diyakini meneguhkan keterampilan warga sebagai pembatik yang menghasilkan banyak motif batik.

Gayung bersambut. Ide menjadikan seni mural sebagai sarana menghidupkan kampung didukung oleh Ign Luwi Yanto, seniman lukis batik asal Yogyakarta yang sudah lama bermukim di Kampung Batik Tengah.

Ia pun menggandeng seniman lain, termasuk warga setempat, untuk mendesain tembok kampung sebagai media mural.

(BACA: Kampung Warna Warni Teluk Seribu, Obyek Wisata Baru di Balikpapan)

Sebagai keturunan pembatik, darah seni jelas mengalir di antara sebagian besar warga. Namun, awalnya, hobi melukis hanya disalurkan untuk mempercantik tempat sampah dari ban mobil bekas.

”Hobi itu mendorong warga makin kreatif untuk membuat mural yang tematik,” ucap Agus Susu, warga setempat yang tidak segan-segan membiayai kegiatan melukis mural secara swadaya.

Sejarah Semarang

Lukisan mural sejarah Kota Semarang yang diberi nama Adeging Kutha Semarang dilukis selama empat bulan. Digarap secara gotong royong setiap malam, mulai pukul 19.00 hingga 23.00. Bahkan hari Minggu dan libur pun dikerjakan.

Pada mural Adeging Kutha Semarang, pengunjung bisa menyaksikan lukisan Kampung Batik yang pernah dibakar oleh Jepang menjelang 17 Agustus 1945.

Hal ini karena di kampung inilah pernah dilakukan rapat merancang penyerbuan ke markas tentara Jepang. Namun, rapat telanjur diketahui militer Jepang.

Mural sejarah itu juga mengisahkan kedatangan armada Laksamana Cheng Ho, sosok Sunan Kalijaga, dan berdirinya perusahaan dagang Belanda (VOC).

Selain itu juga menggambarkan mekarnya Kota Lama sebagai pusat pemerintahan Belanda hingga sejarah Kota Semarang sebagai kota besar abad ke-20.

Kini, lukisan mural itu menjadi lokasi paling favorit bagi wisatawan untuk berswafoto. Di kampung ini, pengunjung juga bisa menyaksikan motif-motif batik khas Kampung Batik yang sudah dibuat mural di dinding-dinding rumah warga.

KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO Ali Basha (42), salah satu warga di Kampung Batik, Kecamatan Rejomulyo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/5/2017) menunjukkan ruangan yang nantinya akan menjadi galery batik hasil perajin setempat. Kampung Batik, merupakan satu dari puluhan kampung khas yang berbenah untuk pariwisata.
Dengan mural itulah, wisatawan bisa memilih motif batik sekiranya akan membeli kain batik di galeri setempat. Pada hari-hari tertentu, warga juga menyediakan hiburan orkes keroncong yang bisa dinikmati bersama-sama pada malam hari.

Kampung kreatif

Heru Handoyo (41), warga setempat, mengatakan, kreativitas warga menjadikan Kampung Batik yang dulu sempat kumuh dan sangar kini meriah. Warga, terutama kaum perempuan, kini antusias mengikuti pelatihan membatik.

”Warga, dengan biaya sendiri, menyiapkan galeri tempat memamerkan kain batik produksi sendiri yang bisa dibeli wisatawan,” ujarnya.

Biasanya, seni mural digunakan untuk memperindah suatu kawasan atau sarana penyampaian pesan tertentu. Namun, di kampung-kampung tua Kota Semarang, seni mural lebih menitikberatkan pada aspek promosi dan penanda jati diri.

Tidak hanya di Kampung Batik, mural juga jadi bagian penanda peradaban di Kampung Leduwi, Kelurahan Sarirejo, Semarang Timur.

Kampung Leduwi merupakan kampung perajin aneka tas. Sejak 1960-an, kampung yang juga berada di sekitar kawasan Pasar Johar tersebut menjadi semakin padat. Lingkungan kampung hanya terhubung jalan sempit. Gang-gang di kampung ini hanya bisa dilalui sepeda dan sepeda motor.

KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO Sejumlah warga tengah menikmati salah satu sudut Kampung Jadhoel, Selasa (2/5/2017) setelah mengalami perbaikan lingkungan. Ini merupakan kampung lama, pusat batik dengan nama kampung Kampung Batik Tengah berada di Kecamatan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarangt, Jawa Tengah. sebagai kampung pusat batik, hiasan dinding rumah warga dihiasasi hiasan contoh motif batik, supaya memudahkan wisatawan mengetahui jenis motif batik khas di kampung pusat batik ini.
Perajin tas setempat, Alex Prasetyono (37), menuturkan, hampir 70 persen produksi tas di Sarirejo merupakan pesanan.

Setiap bulan, perajin mampu memenuhi pesanan berkisar 500-1.000 tas. Dari pesanan itulah, perajin bisa mendapatkan omzet hingga di atas Rp 15 juta per bulan.

Lurah Sarirejo Ismadi mengatakan, di kampung ini terdapat lebih dari 60 perajin tas. Tas yang diproduksi beraneka macam, mulai dari tas rajut, tas kulit, hingga tas penyimpan sepatu.

Tidak heran saat melintasi rumah-rumah warga, jika pintunya terbuka akan terlihat 3-4 mesin jahit beserta mesin obras di ruang tamu atau ruang keluarga.

Promosi kampung

Untuk meningkatkan daya tarik produk tas Sarirejo, Ismadi berinisiatif mendorong warga melukis mural di tembok-tembok kampung. Ia mengeluarkan uang sendiri dan memberikan insentif bagi beberapa warga yang mau melukis. Mereka bergabung dengan anak-anak muda kampung.

Mural yang muncul lebih menonjolkan lukisan perajin tengah membuat tas. Ada pula yang melukis aneka macam tas sebagai ciri khas produksi warga kampung tersebut.

Tidak mau kalah dengan kampung sebelahnya, warga Kelurahan Kebonagung juga melukis mural di tembok-tembok kampungnya. Warga kampung ini dikenal sebagai pembuat racikan isi dan kulit lumpia.

Lukisan mural di kampung ini menggambarkan proses membuat isi lumpia, dari rebung hingga udang. Digambarkan pula proses pembuatan kulit lumpia yang berbahan dasar tepung beras. Namun, ada pula lukisan keindahan alam di sela-selanya.

Batik Tengah, Leduwi, dan Kebonagung termasuk kampung-kampung asli di Semarang.

Dalam buku "Kota Semarang Selintas Pandang: 100 Foto Kota Semarang Lama dan Baru" (1993), Jongkie Tio bertutur, pusat Kota Semarang tempo dulu berada di sekitar wilayah Kota Lama, Pasar Johar, Masjid Agung Kauman, dan bekas alun-alun yang kini berubah menjadi pusat perbelanjaan Pasar Yaik dan Kanjengan. Kawasan tersebut maju ditopang aktivitas ekonomi di dalamnya.

Sekian lama, pamor kampung-kampung asli ini terbenam akibat terus-menerus dilanda banjir limpasan air laut atau rob. Kini, saatnya kampung-kampung lama tersebut berbenah. Lokasinya yang berada di lingkaran dalam daerah destinasi wisata Kota Lama sangat memungkinkan menjadi daerah tujuan wisatawan lokal ataupun asing.

Terlebih, Kota Lama yang dipenuhi gedung-gedung tua era kolonial Belanda kini terus bersolek menuju Kota Warisan Dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Jika kampung-kampung di sekitarnya ikut dipercantik, niscaya pelancong bakal lebih betah berlama-lama menikmati romansa kota di pesisir Jawa ini. (WINARTO HERUSANSONO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2017, di halaman 9 dengan judul "Narasi Jati Diri Kampung Asli".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com