Pulau-pulau kecil di sekitar Jemaja juga punya pantai-pantai lebih pendek. Di Pulau Ayam yang terletak di timur Jemaja, ada pantai sepanjang 1,5 km.
Hampir sepanjang tahun, permukaan laut di sekitar pulau itu tenang karena terlindung Pulau Jemaja dan sejumlah pulau lain di sekitarnya.
Sementara di Pulau Mangkai, ada pantai kurang dari 1 km. Di sana, pelancong bisa menunggu penyu bertelur antara Juni dan September. Di luar periode itu, hanya sesekali penyu datang atau sekadar berenang mendekat ke pulau.
Di pantai pulau-pulau kecil itu, pengunjung sebaiknya membawa bekal. Dari 255 pulau di Anambas, hanya 26 dihuni. Sisanya kosong sejak ratusan tahun lalu.
Sebagian pulau berpenghuni sekalipun ada yang penduduknya minim, lima orang seperti di Pulau Ayam. Pulau itu didiami Khairil dan keluarganya.
”Saya tinggal di sini sejak lahir. Sekarang saudara-saudara saya pindah ke pulau lain,” ujar Khairil.
Sebagian besar pulau punya sumber air. Paling tidak ada air kelapa yang tumbuh di hampir semua pulau. Sementara makanan bisa berupa ikan bakar. Ikannya dapat dibeli dari nelayan yang hilir mudik di perairan Anambas.
Harganya ekonomis. Seekor tongkol dengan berat 3 kg dijual Rp 20.000. Nelayan Anambas menjual ikan dengan melihat panjangnya yang dijual per ekor. Aneka jenis kerapu dijual rata-rata Rp 70.000 per ekor. Ukurannya rata-rata 1 kg per ekor.
Namun, kerapu jarang dijual di laut, berbeda dengan aneka jenis tongkol, manyuk, atau ikan karang lain yang kerap ditangkap nelayan. Sebagian besar kerapu Anambas dipelihara.
Dibeli pelancong
Ikan-ikan yang dibeli dari nelayan itu biasanya dibawa pelancong ke pulau. Di sana, dari kayu-kayu yang sudah lama mati, pelancong membuat api lalu membakar ikan.
”Saya baru sekali ini makan ikan setengah matang. Setelah berenang, kami membakar ikan. Di bagian luar sudah hangus. Ternyata bagian dalam belum terlalu matang. Namun, enak juga. Tidak amis seperti ikan di Jakarta. Ikan segar memang berbeda dengan ikan yang sudah lama mati,” kata Doni, pelancong asal Jakarta.