Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Fernando da Silva, Pariwisata Timor Leste seperti Bali

Kompas.com - 16/05/2017, 10:34 WIB
I Made Asdhiana

Penulis

"Saat ini wisatawan masih didominasi oleh wisatawan Australia atau tumpahan wisatawan dari Bali," ujar Fernando.
 
Namun Fernando tak menutup mata atas lemahnya infrastruktur terkait jalan, jembatan, listrik dan jembatan. Seperti sarana jalan ke Pulau Jaco masih memprihatinkan. "Jalannya masih rusak," kata pengusaha pengagum klub sepakbola Real Madrid itu.

Selain infrastruktur, masalah lain yang juga mendesak dibenahi adalah pengadaan sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata.

Untuk itu Pemerintah Timor Leste saat ini lagi giat-giatnya mengirimkan warganya untuk menimba ilmu pariwisata di Indonesia dan mancanegara.

"Karakter kita sebagai orang Timor tidak sama seperti Bali. Butuh waktu memang. Untuk memajukan pariwisata, orang Timor harus membuka diri dan siap menerima perubahan. Seperti Bali yang identik dengan pariwisata," katanya.

Fernando pun tak cuma melulu bicara soal pariwisata tetapi malah ingin mewujudkannya. "Saya lagi buat 3 program untuk pariwisata Timor Leste. Pertama membuat water park di pinggir pantai Dili. Kedua membangun hotel dan ketiga mendirikan vila. "Vila ini saya perkirakan selesai dua tahun lagi," katanya.

Mengenai Water Park, menurut Fernando, di dalamnya nanti ada bangunan masjid, gereja, wihara dan pura. "Pre wedding bisa dilakukan di sini," katanya.

Fernando pun gencar menambah jumlah kendaraan untuk disewakan kepada wisatawan yang ingin melancong ke Dili.  

Masa Kecil dan TBO  

Lahir tahun 1977 di Los Palos, kota di timur Pulau Timor, masa kecil Fernando bisa dikatakan susah dan melarat. Dari 7 saudara laki-laki, hanya dua yang masih hidup. Fernando dan adiknya.

"Waktu itu ibu saya mengajarkan saya agar tinggal terus sama tentara karena waktu itu tak punya apa-apa. Kalau tinggal sama tentara kamu harus jujur," tutur Fernando mengenang nasihat ibunya.
 
Sejak kelas 3 SD, Fernando tercatat sebagai TBO alias Tenaga Bantuan Operasi. Tugasnya menyiapkan segala keperluan untuk tentara (ABRI yang bertugas di Timor Timur) saat itu, mulai mencari sayur, mencari kayu bakar, membuatkan teh, kopi dan sebagainya.

"Sebagai TBO jam 3 pagi saya sudah bangun. Saya memanaskan air, membuatkan kopi atau teh untuk tentara. Tugas itu saya lakukan sejak kelas 3 sampai tamat SMA. Saya tinggal sama tentara mulai dari Kodam Bukit Barisan, Kodam Brawijaya sampai Kodam Udayana yang bertugas di Timtim kala itu. Saya dididik dengan disiplin militer. Saya berterima kasih karena membentuk dan menjadikan saya seperti sekarang ini," kenangnya.

Tahun 2004 Fernando mulai terjun ke bisnis. "Pertama usaha listrik. Tender pertama 150 dollar AS. Dari sana mulai dapat kepercayaan," katanya sambil menyetir mobil mengantar KompasTravel bersama Jakarta Post dan staf Citilink menuju Bandara Presidente Nicolau Lobato.

Kini bidang usaha yang digeluti Fernando beragam mulai listrik, konstruksi, jembatan, jalan, SPBU, media, transportasi, penjualan tiket pesawat hingga sektor pariwisata.

Hubungan bisnis Fernando dengan pengusaha Indonesia tetap terpelihara dengan baik. Demikian juga hubungan dirinya dengan tokoh-tokoh militer Indonesia yang pernah bertugas di Timor Timur (kala itu) tetap terjaga. "Mereka bangga saya bisa seperti sekarang ini," kata Fernando.

Mencuri Buku

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com