Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan-jalan Sehari, Naik KRL ke Stasiun Akhir Rangkasbitung

Kompas.com - 24/07/2017, 19:12 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

Sumber kompas.com

Lepas dari sana, penumpang keluar menuju pasar dan aneka jajanan, termasuk bandeng presto, yang areanya masih terhubung dengan Pasar Rangkas.

Tepat samping stasiun pula, ada sejumlah angkutan kota berwarna merah bata, antara lain nomor 04 tujuan Ona, yang jika dinaiki selama sekitar 5-10 menit dengan membayar Rp 3.000-Rp 3.500 akan sampai di Alun-alun Rangkasbitung.

Rumah tua eks ruang sidang anak dan mediasi yang akan dibangun menjadi rumah dinas ketua dan wakil ketua Pengadilan Negeri Rangkasbitung dan ruang arsip.Dimas Wahyu Rumah tua eks ruang sidang anak dan mediasi yang akan dibangun menjadi rumah dinas ketua dan wakil ketua Pengadilan Negeri Rangkasbitung dan ruang arsip.
Alun-alun ibu kota Kabupaten Lebak ini sendiri dikelilingi oleh fasilitas pemerintahan, dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Adjidarmo, penjara, Masjid Agung Al Araaf, Kantor DPRD Lebak, Museum Multatuli, hingga rumah tua bekas ruang sidang anak dan mediasi yang akan dibangun menjadi rumah dinas ketua dan wakil ketua Pengadilan Negeri Rangkasbitung dan ruang arsip.

Museum Multatuli yang bersebelahan dengan Perpustakaan Saidjah Adinda mungkin menjadi dua bangunan yang tidak kalah mencolok. Perpustakaan ini sendiri dibangun dengan gaya arsitektur modern campur tradisional ala lumbung padi, sementara di Museum Multatuli terdapat rumah tua peninggalan Multatuli, nama pena yang digunakan Eduard Douwes Dekker dalam membuat karya "Max Havelaar".

Rumah ini sebelumnya terletak di dekat RSUD Adjidarmo, tetapi kini sudah mengalami pemugaran dan menjadi rapi dengan rumah inti yang dilingkari berbagai bangunan bergaya modern.

(BACA: Meratapi Rumah Multatuli)

Sementara itu, perpustakaan Saidjah Adinda, yang diambil dari nama karangan Multatuli itu sendiri, dan merupakan perpustakaan daerah, punya atap lobi yang tinggi dengan banyak kaca di sekitarnya. Sayang, kedua tempat ini tutup pada hari Minggu siang itu.

Walau demikian, Alun-alun Rangkasbitung masih memiliki hiburan tersendiri. Di samping mobil toko yang menjajakan rujak dan deretan tempat makan, di alun-alun terdapat pula tempat yang bisa menyenangkan anak-anak karena adanya penyewaan mobil-mobilan listrik dengan tarif Rp 5.000 satu kali putaran lapangan jogging yang berada di pusat tempat tersebut.

Museum Multatuli di seberang Alun-alun Rangkasbitung. Posisinya bersebelahan dengan Perpustakaan Saidjah Adinda.Dimas Wahyu Museum Multatuli di seberang Alun-alun Rangkasbitung. Posisinya bersebelahan dengan Perpustakaan Saidjah Adinda.

Di alun-alun ini juga terdapat tempat relaksasi berupa medan berkerikil yang dilindungi pohon rindang. Pohon-pohon rindang di kawasan alun-alun ini cukup meringankan citra Rangkasbitung sebagai tempat yang sarat dengan guyuran panas terik.

Usai dua-tiga jam berleha-leha menikmati Alun-alun Rangkasbitung, maka kita bisa kembali pulang. Pengunjung bisa memanfaatkan angkutan kota yang kembali ke stasiun KRL di jalur yang berada di depan pintu masuk penjara.

Namun, saat sampai di dekat stasiun, kita perlu berjalan kaki sekitar 50 meter karena turun di sisi yang berlawanan di jalur searah. Selanjutnya, pembelian tiket pun masih manual, bukan mesin, meski tidak perlu mengantre lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com