Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meriahnya Festival Tepi Sawah di Omah Apik Bali

Kompas.com - 02/08/2017, 11:42 WIB

Ketiganya berharap elemen kreatif dari festival ini dapat berintegrasi dengan edukasi dan implementasi tentang  environmental sustainability di kalangan anak-anak hingga dewasa.

Di samping itu festival ini menawarkan suguhan aneka kuliner Indonesia, art market, workshop budaya, program edukasi Bali Bersih dan program pro lingkungan lainnya.

Nita Aartsen dan Suling Bali

Saya sangat beruntung memperoleh kesempatan tampil di Festival Tepi Sawah yang pertama kali diadakan. Ini pun berkat jalinan persahabatan dengan pianis ternama Indonesia, Nita Aartsen.

Persahabatan itu terjalin erat ketika kita berdua mengikuti acara budaya dan konser di negeri Belgia maupun  Belanda tahun lalu.

Dengan jari jemari lentik, lincah dan berenergi Nita mampu menyuguhkan kemahirannya yang memukau publik sepanjang pertunjukan.

Di samping itu pula, kepribadian yang baik, rendah hati dan bertalenta membuat para penonton bersimpati kepadanya.

Festival Tepi Sawah digelar di Vila Omah Apik, Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali pada 3-4 Juni 2017.MADE AGUS WARDANA Festival Tepi Sawah digelar di Vila Omah Apik, Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali pada 3-4 Juni 2017.
Sekitar pukul 22.00 saya mendapat giliran memainkan suling Bali yang diiringi oleh Nita Aartsen (piano), Gusti Brahmantara (drum) dan Doddy (bass).

Seperti biasa saya mengobral cerita cara memainkan suling, menjelaskan teknik Ngunjal Angkihan (circle breathing), yaitu teknik memainkan suling secara terus menerus tanpa terputus.

Cerita penjelasan tersebut adalah obat manjur untuk mencuri perhatian penonton agar mereka tidak ngobrol selama pertunjukan dan mengapresiasi aksi kita diatas panggung.

Alhasil, lumayan membuat penonton terbahak menjadi penasaran dan tentunya menghangatkan suasana.

Instrumental suling yang saya mainkan berjudul Shiwi, cerita seorang putri cantik dari bumi impian yang diciptakan Desember 2009 karya Bli Ciaaattt di kota Brussel, Belgia.

Komposisi suling ini menonjolkan wewiletan (pengembangan dari melodi pokok) yang cepat dan akurat. Piano memberi aksen kuat bergaya samba, sedikit seksi dan bergairah. Drum dan bass menyambut dengan hentakan nge-jazz kuat bernuansa Amerika Latin tapi terasa berenergi Bali.

Made Agus Wardana bermain suling pada Festival Tepi Sawah digelar di Vila Omah Apik, Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali pada 3-4 Juni 2017.ARSIP MADE AGUS WARDANA Made Agus Wardana bermain suling pada Festival Tepi Sawah digelar di Vila Omah Apik, Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali pada 3-4 Juni 2017.
Dalam Shiwi ini, saya berusaha merefleksikan emosi cinta melalui olah gerak yang saya sebut Ngerijig. Gerakan Ngerijig yang artinya kaki dijinjit bergerak ke kiri dan ke kanan yang disesuaikan dengan irama dan tempo melodi.
Bergerak seolah-olah menggoda si putri Shiwi yang cantik nan jelita di seluruh jagat raya.

Ketika melakukan Ngerijig dengan alunan suling, saya sering mengintip reaksi penonton, mereka terlihat tidak saja serius mendengarkan suling cepat yang saya mainkan, tetapi juga merespon positif gerak Ngerijig yang saya tampilkan.


Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com