Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Bekas Rumah Bordil Zaman Penjajahan Jepang di Grobogan

Kompas.com - 02/09/2017, 15:04 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

Siapa sangka Gedung Papak dahulunya adalah rumah bordil yang dihuni para tawanan yaitu gadis-gadis belia yang merupakan warga asli Kabupaten Grobogan. Para bunga desa yang malang itu dipaksa untuk memuaskan hasrat seksual tentara Jepang kala itu.

"Kebanyakan wanita yang menjadi korban kekerasan seksual tentara Jepang malu dan menghilang. Ada seorang nenek saksi bisu yang menjadi korban budak seksual tentara Jepang. Setahun sekali ia datang diantar keluarganya ke Gedung Papak. Namanya Sri Sukanti, ia menangis marah menceritakan sejarah kelam Gedung Papak. Di kamar di gedung Papak, ia dan gadis lain yang diculik digilir paksa jadi tawanan budak seks tentara Jepang," tutur Sokiran (60), penjaga Gedung Papak.

 

Administratur Perum Perhutani KPH Gundih Divisi Regional Jateng, Sudaryana, menyampaikan bahwa Gedung Papak dibangun tahun 1919 sebagai markas besar tentara Belanda. Gedung Papak, sambung dia, juga difungsikan sebagai tempat penyiksaan pribumi yang dianggap membangkang aturan pasukan Belanda kala itu.

"Hingga akhirnya Gedung Papak dikuasai tentara Jepang. Pada masa itulah Gedung Papak dijadikan rumah bordir yang diisi jugun Ianfu atau gadis-gadis pribumi yang dijadikan tawanan budak seks tentara Jepang. Mereka digilir saat usia masih belia. Ibu Sri Sukanti adalah saksi bisu kekejaman tentara Jepang. Keberadaan beliau kini belum diketahui lagi," jelasnya.

Setelah tentara Jepang hengkang dari Indonesia, tahun 1953 Gedung Papak diambil alih Perum Perhutani sebagai rumah dinas Administratur KPH Gundih. Sejak pertama kali difungsikan, tak pernah sama sekali dipugar untuk melestarikannya.

"Saat itu satu keluarga Administratur KPH Gundih meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Setelah itu Gedung Papak tidak difungsikan lagi dan kami tugaskan warga untuk menjaganya," tuturnya.

BACA: Banyak Obyek Wisata di Jawa Tengah yang Belum Terjamah

 

Menelisik besarnya nilai sejarah Gedung Papak, KPH Gundih berencana menghidupkannya dengan berupaya mempercantik bangunan serta mengelolanya menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Grobogan. Setelah perbaikan bangunan terealisasi nantinya, Gedung Papak akan diusulkan masuk menjadi bagian dari paket wisata.

"Akan kami jadikan sebagai museum. Biar masyarakat tahu ada sejarah kelam kejahatan tentara Belanda dan Jepang di Grobogan. Tentunya kami akan berkoordinasi dengan pemerintah Belanda atau Jepang mengingat besarnya anggaran nantinya," jelasnya.

Wakil Administratur KPH Gundih, Kuspriyadi, menambahkan Gedung Papak digadang-gadang juga memiliki penjara bawah tanah peninggalan tentara Belanda yang dijadikan sebagai tempat penyiksaan pribumi. Hanya saja, pihaknya akan mencoba menelusurinya setelah Gedung Papak difungsikan nantinya.

"Gedung Papak sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh BPCB Jateng. Konon ada ruang bawah tanah dan bahkan ada peninggalan emasnya juga," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com