Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Menginap di Istana Raja Kotawaringin...

Kompas.com - 01/01/2018, 14:02 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Banyak destinasi wisata istana peninggalan para raja di Nusantara. Tapi di manakah para wisatawan bisa menginap di istana itu? Itu bisa dilakukan di Astana Alnursari.

Alnursari merupakan istana (atau astana orang Kotawaringin menyebutnya) peninggalan raja Kotawaringin, di Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Baca juga : Ingin ke Istana Negara dan White House Sekaligus, Ini Tempatnya...

"Astana ini kediaman raja dan keluarganya, didirikan oleh raja ke-12, Paku Syukma Negara," kata Gusti Samudra, salah seorang keturunan kerabat Sang Raja, yang merawat astana itu, kepada Kompas.com.

Tarian Pencak Silat atau Sendeng merupakan seremoni penerimaan tamu di Astana Alnursari, warisan Kerajaan Kotawaringin, di Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017). KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Tarian Pencak Silat atau Sendeng merupakan seremoni penerimaan tamu di Astana Alnursari, warisan Kerajaan Kotawaringin, di Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017).

Menurut buku "Silsilah dan Sejarah Kesultanan Kutaringin: Sebuah Kajian Awal" yang diterbitkan Tim Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Paku Syukma Negara merupakan anak dari Pangeran Ratu Imanuddin, raja kesembilan Kotawaringin. Ia sebenarnya bukan putra mahkota yang menggantikan Pangeran Ratu Imanuddin.

Baca juga : 7 Spot Foto yang Instagram Banget di Istana Panda Taman Safari

Namun, dalam buku itu juga disebutkan Paku Syukma Negara dua kali menjabat sebagai raja. Yang pertama, ketika ia menggantikan semementara putra mahkota Anum Kesuma Yuda yang masih kanak-kanak, sesudah raja kesepuluh, Ahmad Hermansyah (yang merupakan saudara dari Paku Syukma Negara lain ibu) wafat pada 1867. Lalu, ia kembali menjadi raja setelah Anum Kesuma Yuda wafat dan tak punya anak lelaki sebagai putra mahkota pada 1904.

Bangunan Besar dan Meriam Kuno

Berdiri di atas lahan seluas 2 hektare, bangunan Astana Alnursari memiliki panjang 59 meter, dan leber 32 meter. Dengan corak Melayu, keaslian bangunan yang terbuat dari bahan kayu ulin ini masih gagah berdiri. Berbentuk rumah panggung setinggi hampir dua meter, astana ini ditopang pilar-pilar kayu ulin yang tinggi sebagai soko gurunya.

Sarapan pagi para tamu di Balai Rumbang (teras) Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017)KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Sarapan pagi para tamu di Balai Rumbang (teras) Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017)
Tiap ruang di Alnursari memiliki istilah sendiri-sendiri. Samudra menyebut, ruang paling depan, beratap, dipagari kayu dan teralis merupakan Balai Rumbang. Ruang berukuran sekitar 60 meter persegi ini berfungsi sebagai teras utama.

Baca juga : Serunya Mahampar Wadai, Festival Kue Tradisional Kotawaringin

Ruang berikutnya disebut bangsal. Ruangan besar sekitar 200 meter persegi ini tempat di mana raja menerima tetamu. Kini di salah satu sudut ruang depannya tersimpan 4 pucuk meriam kuno. Di sudut yang berseberangan ada 7 meriam lainnya. "Menurut cerita itu rampasan dari Belanda," kata Samudra.

Tak hanya di dalam astana terdapat meriam. Ada sebuah gedung berkonstruksi kayu ulin yang disebut Peagongan, sebagai tempat menyimpan meriam lainnya di sisi kiri astana. Meriam-meriam di sini disebut meriam beranak. Terdapat 7 buah meriam di sana, yang bentuknya memang kecil-kecil.

Kembali ke astana. Di dalam bangsal juga terdapat lemari penyimpanan warisan barang pecah belah. Di bingkai pintu kaca, kita bisa menyaksikan aneka piring, mangkok-mangkok kuno, dan guci.

Meriam Beranak di Gedung Paagongan, di Kompleks Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017).KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Meriam Beranak di Gedung Paagongan, di Kompleks Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017).
Di belakang bangsal terdapat ruang yang lebih kecil, yang kata Samudra disebut sebagai Balai Burung. "Ini tempat pemandian jenazah keluarga raja," kata dia.

Lalu, di belakangnya lagi terdapat ruangan yang disebut rumah besar. Ukurannya hampir 200 meter persegi. Ini merupakan ruangan keluarga, dan di sisinya merupakan kamar raja seluas sekitar 25 meter persegi. Ruangan inilah yang tak boleh dibuka untuk para tamu. Di belakangnya lagi terdapat ruangan yang disebut Pedopuran (dapur), sekitar 40 meter persegi.

Areal yang tak kalah besar terdapat di belakang. Tanpa atap, dan hanya beralaskan lantai, area ini disebut pelataran. Luasnya lebih dari 100 meter persegi. Ini merupakan area pencucian barang pecah-belah, dan kamar mandi.

Akses Terbuka

Kecuali kamar raja, seluruh ruangan dalam astana itu bisa diakses pengunjung. Samudra mengatakan, pihaknya memang terbuka terhadap pera pengunjung untuk menginap di bangunan cagar budaya itu. Baginya, istana dengan segala eksklusivitasnya, tidak lagi berlaku setelah era kerajaan selesai.

Pembuatan gula aren di Kotawaringin Lama, salah satu aktivitas warga yang bisa dikunjungi di sekitar Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin. Cukup naik perahu beberapa menit, tempat ini bisa diakses dari astana, Minggu (24/12/2017).KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Pembuatan gula aren di Kotawaringin Lama, salah satu aktivitas warga yang bisa dikunjungi di sekitar Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin. Cukup naik perahu beberapa menit, tempat ini bisa diakses dari astana, Minggu (24/12/2017).
"Semua yang saya buka dan dapat dilihat di sini, silakan dilihat. Ada beberapa hal memang yang tak dapat dilihat," ucapnya.

Tuan rumah menempatkan para tamunya dalam kamar khusus di bagian bangsal untuk tidur para tamu wanita. Dan, tidur di Bangsal untuk para pria.

Di tengah malam di suasana Kampung Kotawaringin yang sepi, berangkat tidur di ruangan besar yang menjadi tempat raja menerima tamu itu merupakan sensasi tersendiri. Berandai-andai apa saja yang dilakukan raja dan kerabatnya di ruang yang tinggi berbatas atap kayu sirap itu pun sulit dihindarkan.

Apalagi ini didukung suasana sejuk di peraduan para tamu yang beralas tikar sebagai lapis lantai kayu ulin astana itu.

Makam Kyai Gede sejak lama diziarahi oleh wisatawan dari berbagai daerah di Kotawaringin Lama, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017).KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Makam Kyai Gede sejak lama diziarahi oleh wisatawan dari berbagai daerah di Kotawaringin Lama, Kalimantan Tengah, Minggu (24/12/2017).

Kyai Gede dan Danau Masoraian

Kecamatan Kotawaringin Lama, tempat istana itu berada berjarak 41 kilometer, dari Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Ia bisa diakses melalui jalan darat kurang dari satu jam lamanya. Kotawaringin Lama menjadi pusat Kerajaan Kotawaringin, sebelum dipindahkan oleh Pangeran Ratu Imanuddin, pada paruh pertama abad ke-19.

Sebenarnya, kota kecil pinggir Sungai Lamandau ini telah lama banyak dikunjungi tamu dari berbagai daerah untuk berziarah ke makam Kyai Gede, seorang ulama yang disebut juga sebagai patih (wazir) di awal berdirinya Kerajaan Kotawaringin.

Di tempat ini pula masih berdiri tegak Masjid Kyai Gede, dengan pilar-pilar tiang aslinya yang berukiran ornamen Dayak. "Ini ukiran kelakai (tanaman paku-pakuan), yang diperkirakan dibuat oleh orang-orang Dayak dari wilayah Delang (hulu Sungai Lamandau)," jelas Samudra.

Ditopang lingkungan alam sekitar yang indah, Danau Masoraian dengan kekayaan ikan dan tradisi penangkapannya, plus tradisi pengolahan gula aren, Kotawaringin Lama sebenarnya bisa menjadi destinasi wisata yang tak cukup dijelajahi dalam sehari.

Masjid Kyai Gede, merupakan situs sejarah sejak awal Kerajaan Kotawaringin, di KalimantanTengah berdiri.KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Masjid Kyai Gede, merupakan situs sejarah sejak awal Kerajaan Kotawaringin, di KalimantanTengah berdiri.
Inilah yang membuat kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat memberanikan diri membuat agenda trial trip, yang diikuti pula oleh Kompas.com, 23-24 Desember 2017 lalu.

"Setelah trial trip ini, semoga tahun depan, Kotawaringin Lama dan Komunitas Masoraian bisa menjadi destinasi tetap kunjungan wisata," ujar Samudra.

Yomie Kamale, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalimantan Tengah, yang juga ikut sebagai peserta trial trip menyebut Kotawaringin Lama punya potensi besar, karena sejak lama sudah dikunjungi para peziarah ke masjid dan makam Kyai Gede.

"Mungkin bisa dikemas, bagaimana membuat paket wisata syariah. Berziarah lalu membuat pengajian di sini," usul laki-laki yang banyak makan asam garam sebagai pemandu wisata di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) ini.

Mencicipi gula aren yang manis, gurih, dan masih panas dapat dirasakan wisatawan di Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Wisata kuliner ini bisa dinikmati bersamaan dengan kunjungan ke Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin.KOMPAS.COM/BUDI BASKORO Mencicipi gula aren yang manis, gurih, dan masih panas dapat dirasakan wisatawan di Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Wisata kuliner ini bisa dinikmati bersamaan dengan kunjungan ke Astana Alnursari, Kerajaan Kotawaringin.
Sementara Rasdi Wangsa, dari Swiss Contact Wisata mencatat, keunikan sebagai destinasi yang membolehkan para tamu menginap di istana raja, menjadi keunggulan tempat ini.

Tertarik? Silakan mulai rencanakan perjalanan Anda kemari. Tempat ini bisa jadi pelengkap kunjungan ke Pangkalan Bun, setelah destinasi utama TNTP, dengan hutan alami sebagai tempat orangutannya masih mudah dijumpai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com