Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menabur Cinta di Festival Europalia Indonesia...

Kompas.com - 02/01/2018, 12:34 WIB

KOMPAS.com - Bukanlah hal baru bagi warga Brussel menikmati bebasnya udara kota dari kepulan asap mobil. Bukan juga hal baru menikmati berbagai hiburan rakyat sambil berjalan keliling kota tanpa terganggu suara bising kendaraan.

Pemerintah kota secara aktif mendidik warganya untuk beralih kepada kendaraan umum. Salah satu program pemerintah tersebut adalah hari bebas kendaraan (car free day).

Car free day, bukan hanya urusan bebas polusi tetapi juga mengajak masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan gastronomi, pertunjukan seni, mengunjungi museum, olahraga, workshop dan lain-lain.

Baca juga : Ketinggalan Kereta Tiga Kali di Brussels Belgia...

Hari itu, Minggu 17 September 2017 bertepatan dengan car free day, warga Brussel mengitari arena luas Mont des Arts 5 – 1000 Brussel untuk menyaksikan pertunjukan gamelan Bali oleh Saling Asah Belgia.

Europalia Festival Centre digelar 17 Septmber 2017 sampai 21 Januari 2018 di mana Indonesia menjadi guest country dalam festival terbesar dan prestisius di jantung Eropa ini.MADE AGUS WARDANA Europalia Festival Centre digelar 17 Septmber 2017 sampai 21 Januari 2018 di mana Indonesia menjadi guest country dalam festival terbesar dan prestisius di jantung Eropa ini.
Saling Asah memperoleh undangan khusus dalam ajang pemanasan Festival Europalia Indonesia yang dibuka resmi tanggal 10 Oktober hingga 21 Januari 2018. Saling Asah menampilkan gamelan, tari Bali dan workshop kecak.

Cuaca yang sangat cerah, membangunkan energi penonton turut menghangatkan suasana Festival Center Europalia Indonesia tersebut.

Baca juga : Menyusuri Brugge, Kota Terindah di Belgia

Tepat pukul 11.00 penonton mulai berdesakan membentuk  lingkaran. Ada yang duduk manis menyeruput segelas kopi. Aroma kopi Indonesia menebar wangi kemana-mana. Ini kesempatan emas menunjukan salah satu keistimewaan Indonesia bersama Saling Asah.

Saling Asah yang berdiri sejak tahun 1998 merupakan sanggar seni binaan KBRI Brussel  yang beranggotakan  warga Belgia dan Indonesia yang tetap setia mencintai kebudayaan Indonesia dan mempromosikannya di seluruh kota di Belgia.

Penampilan gamelan Bali yang dibawakan oleh Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Penampilan gamelan Bali yang dibawakan oleh Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Dalam pertunjukan ini, saya bercerita singkat dalam tiga bahasa yaitu Perancis, Belanda dan Inggris. Walaupun bahasanya amburadul, tapi saya cuek, yang penting maksudnya kena di hati para penonton.

Baca juga : Pairi Daiza, Indonesia Mini di Belgia

Alhasil dengan gerak tubuh yang terkadang nyebelin, tingkah lugu yang mencuat lucu, membuat mereka terpaku dan tiba-tiba berseri-seri sepanjang hari.

Suasana pun menjadi hangat dan menggeliat. Kalau sudah demikian, pertunjukan itu akan terbawa dalam genggaman tangan artinya ke mana pun tangan ini digerakkan mata mereka tetap memandang genggaman tangan ini. Seru bukan?

Senyum manis, ramah, humor, intim dan sedikit menggoda merupakan cara jitu menggalaukan hati penonton. Terlebih lagi penari Saling Asah yang sangat cantik alami dipoles sedikit bedak saja penonton klepek-klepek.

Penonton duduk sampil menyeruput kopi Indonesia menyaksikan gamelan Bali di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Penonton duduk sampil menyeruput kopi Indonesia menyaksikan gamelan Bali di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Namun bermodal cantik saja bukan jaminan, tiga dasar pokok tari Bali harus dikuasai yaitu "agem", "tandang" dan "tangkep".

Agem, artinya sikap pokok gerak tari yang tidak berubah-ubah. Contoh agem kanan dan agem kiri yang harus betul-betul dikuasai.

Tandang artinya perpindahan gerakan pokok ke gerakan pokok yang lain dengan gerak berkesinambungan. Dan terakhir tangkep yakni ekspresi penjiwaan dari raut muka yang membutuhkan energi tersendiri. Ketiga dasar tari ini penting dikuasai dan dipahami dengan baik oleh setiap penari Bali.

Di samping suguhan tarian yang mencuri perhatian, saya juga memoles suasana pertunjukan lebih interaktif dengan mengajak penonton memahami teknik dasar gamelan dengan memperkenalkan nama-nama instrumennya.

Penonton membeludak menyaksikan penampilan Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Penonton membeludak menyaksikan penampilan Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Saya memulai dengan "kadjar", yang berfungsi sebagai pemegang irama (tempo). Kebetulan yang memainkan adalah seorang ibu asal Singaraja, Bali yang bernama Nyoman Nariasih. Saya menyebut beliau dengan nama panggilan "Madame Pukpuk" (pukpuk, bunyi kadjar).

Orang tidak mengira bahwa dia punya keinginan besar untuk belajar, walaupun secara musikal susah mengerti, tetapi karena kesetiaan dan rajin, dia berhasil mempertunjukan dirinya di hadapan publik dengan baik.

Sebagai pelatih gamelan, saya kagum dan menghormati dedikasinya selama 20 tahun bersama Saling Asah. Bercerita dalam suka dukanya, berpiknik ria dengan hidangan makanan Bali yang selalu dia bawa secara tulus dan iklas dan dibagikan bersama.

Madame Pukpuk sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan yang tinggi, setinggi loyalitasnya memainkan kadjar dari tahun 1998 semenjak Saling Asah terbentuk.

Nyoman Nariasih, seorang ibu asal Singaraja, Bali yang ikut tampil di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Nyoman Nariasih, seorang ibu asal Singaraja, Bali yang ikut tampil di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Saya hanya bisa mengucapkan dari lubuk hati yang dalam yaitu "Ik hou van jou Mbok Nyoman".  Kesetiaanmu terhadap budaya Bali Indonesia patut ditiru, walau tinggal di negeri wafel, kentang goreng dan cokelat tapi hatimu tetap jukut mekuah, be siap mesisit dan  lawar. Jukut mekuah be siap mesisit, lawar adalah jenis hidangan makanan Bali.

Kembali ke interaktif pertunjukan, kadjar berbunyi secara pelan-pelan membuat penonton melirik Madame Pukpuk dengan seksama.

Kemudian saya meminta penabuh gong membunyikan "gong ageng" (besar) setiap  hitungan ke-8. Sedangkan hitungan ke-5 dan ke-7 bunyi "kempur" (gong kecil). Kedua gong tersebut  telah berbunyi dalam hitungannya masing-masing dimainkan secara repetitif (berulang-ulang).

Respon penonton menjadi-jadi, dan saya tahu bahwa mereka sudah terhipnotis dengan musik repetitif tersebut. Untuk menjaga perhatiannya, saya berupaya terus menggoyang penonton dengan guyonan segar, kadang lucu dan tidak lucu.

Suasana cerah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017). Warga Brussel menyaksikan penampilan gamelan Bali yang dibawakan Saling Asah.MADE AGUS WARDANA Suasana cerah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017). Warga Brussel menyaksikan penampilan gamelan Bali yang dibawakan Saling Asah.
Selanjutnya saya meminta penabuh instrumen "jublag" (5 nada) membunyikan berturut-turut nada ndong, ndeng ndung ndang, ndung, ndang, ndeng ndung, ndong (gending gilak) sambil menjelaskan bahwa tangan kiri berfungsi menutup bilah ketika perpindahan nada.

Di sini penonton tampak berimajinasi bahwa musik gamelan Bali asyik sekali dimainkan dan mudah didengar. Pokoknya secara sederhana, kita mengenalkan bunyi gamelan, cara memainkan, memahami komposisi musiknya dengan tempo pelan, detail dan dimengerti.

Begitulah seterusnya dengan instrumen melodi lain seperti  gangsa, kantilan, ugal, cengceng, dan kendang yang menambah harmoninya suara gamelan Bali tersebut.

Pada bagian penutup, penonton bertepuk tangan dengan riangnya. "Merci, dank je, thank you, terima kasih!". Itulah yang saya ucapkan atas respon penonton tersebut.

Tari Bali yang dibawakan Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Tari Bali yang dibawakan Saling Asah di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).

Kecak Membidik Si Jelita

Entah apa yang ada dalam pikiran, bukan ingin bercinta tetapi lebih kepada menghibur agar workshop kecak menjadi gembira. Entahlah orang berpikir Bli Ciaaattt terlalu genit di panggung yang kadang berujung pendekatan terselubung. Pendekatan ingin belajar maksudnya.

Sudahlah, saya hanya menjawab dengan jujur itulah charming-ku merayu publik agar mereka menyenangi workshop kecak yang dilakukan sebanyak 3 kali dengan durasi 30 menit.

Seperti kejadian dalam workshop kecak di festival Center Europalia Indonesia ini. Saya berupaya sekuatnya menarik orang agar ikut berkecak ria. Senyuman gombal terjual habis, demi menarik minat para penonton.

Mata saya tertuju kepada seorang gadis ayu Maroko berhias bando pinki di kepala. Tampak dari kejauhan gerak badannya mengikuti lantunan cak-cak-cak saling bersahutan.

Workshop Kecak dengan gadis ayu asal Maroko di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Workshop Kecak dengan gadis ayu asal Maroko di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Saya mempersiapkan perangkap jitu, saya undang untuk ikut menari kecak. Dengan hati terbuka sebut saja namanya Karima yang rela bersila bersama peserta kecak lainnya dan beraksi sesuka hati.

Karima hanyut menyanyikan cak-cak-cak-byuk-sir. Sepertinya dia sudah melupakan jati dirinya, terbawa arus, larut dalam pusaran air mengalir seperti menuju surganya trance tarian kecak. Itulah bidikan kecak untuk si jelita.

Jumlah Penonton Terbanyak

Horeee! Boleh donk saya berbangga dan memuji ramainya penonton. Bagi saya, pertunjukan ini memiliki jumlah penonton terbanyak dalam sejarah petunjukan Saling Asah.

Gamelan interaktif yang dibawakan oleh Saling Asah Belgia di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Gamelan interaktif yang dibawakan oleh Saling Asah Belgia di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Minggu (17/12/2017).
Ketika melihat berbagai foto dan video pertunjukan, dalam sekali pertunjukan berdurasi 1 jam jumlah penonton bisa mencapai  500 orang. Dalam satu jam pertunjukan itu, ada yang datang dan pergi, jumlahnya kemungkinan bisa lebih.

Banyaknya jumlah penonton tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Tentunya bukan karena kehebatan kami sebagai penampil seni melainkan faktor seperti di bawah ini.

Pertama, cuaca cerah bersinar dan suhu hangat 16 derajat. Kedua, adanya event Car Free Day yang terpusat di jalan raya yang diikuti ratusan ribu warga kota Brussel dan sekitarnya. Ketiga, durasi pertunjukan terpanjang yaitu 8 jam dari pukul 11.00-18.00 berturut-turut yakni 3 kali pertunjukan, 3 kali workshop gamelan dan 3 kali workshop kecak.

Keempat, publikasi masif dan terpadu  yang dilakukan oleh tim Europalia Indonesia baik di media setempat maupun di media sosial.

Workshop Kecak dengan gadis ayu asal Maroko di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).MADE AGUS WARDANA Workshop Kecak dengan gadis ayu asal Maroko di Mont des Arts 5 ? 1000 Brussel, Belgia, Minggu (17/12/2017).
Kelima, dukungan yang kuat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, KBRI Brussel dan Panitia Europalia Indonesia, hadirnya keluarga Besar KBRI Brussel, masyarakat Indonesia serta  para pelajar Indonesia.

Keenam, apresiasi dan antusias tinggi warga Brussel yang menghormati, menghargai tinggi keragaman kebudayaan Indonesia dalam Festival Europalia Indonesia 2017 di mana Indonesia menjadi guest country (negara tamu) dalam festival terbesar, prestisius di jantung Eropa ini. (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com