Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Gantung di Kulon Progo Ajak Wisatawan Uji Nyali, Berani?

Kompas.com - 01/03/2018, 08:40 WIB
Dani Julius Zebua,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Petang masih tiga jam lagi. Ini salah satu waktu yang pas untuk jalan-jalan menyusuri jembatan bambu yang membentang pada sebuah muara anak Sungai Bogowonto di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Kenapa memilih sore hari? Alasannya setelah tengah hari, wisatawan akan tetap fit jalan-jalan sambil menikmati pemandangan sepanjang jembatan itu karena sinar matahari tidak lagi membakar kulit.

Baca juga : Jalan-jalan ke Air Terjun Kedung Pedut Kulon Progo, Oh Indahnya...

Namanya Mangrove Jembatan Api-api (MJAA), diambil dari nama mangrove jenis api-api (Avicennia) yang tumbuh subur di sana. Destinasi ini berada di Desa Jangkaran, desa terluar dari Kulon Progo dan berbatasan dengan Purworejo, Jawa Tengah.

Jembatan Gantung Api Abadi di Mangrove Jembatan Api-api salah satu yang paling disukai pengunjung di Kulon Progo, DI Yogyakarta. Selain menguji nyali, mereka menjadikan spot foto menarik. KOMPAS.COM/DANI J Jembatan Gantung Api Abadi di Mangrove Jembatan Api-api salah satu yang paling disukai pengunjung di Kulon Progo, DI Yogyakarta. Selain menguji nyali, mereka menjadikan spot foto menarik.
Tempat piknik ini berada di poros Kulon Progo-Purworejo. Setelah berkendara 1,5 jam dari pusat Kota Yogyakarta, maka akan ketemu jembatan Sungai Bogowonto, sungai yang memisahkan kedua kota. Ikutilah petunjuk dengan tulisan ‘Mangrove’ yang ada di sekitarnya.

Ikuti petunjuk itu, lantas melintasi sawah-sawah, dan sampailah di pintu wisata. Di sana ada dua pilihan, yakni: mangrove Pasir Mendit (MJAA) atau Kadilangu. Keduanya, sama-sama indah.

Di mana pun di Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta bisa jadi latar foto. Jembatan gantung jadi salah satu maskotnya.KOMPAS.COM/DANI J Di mana pun di Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta bisa jadi latar foto. Jembatan gantung jadi salah satu maskotnya.
MJAA merupakan obyek wisata bikinan warga dukuh Pasir Mendit-Pasir Kadilangu. Mereka mengombinasikan hutan mini yang ditumbuhi mangrove, anak Sungai Bogowonto yang membelah hutan, tambak-tambak udang jenis vaname, serta pantai selatan yang menghadap laut lepas Samudera Hindia. Seluruh potensi itu terhubung dengan jembatan bambu.

Jembatan pun dibuat berliku, dibentuk pola hati (love), menerobos rimbun bakau, membentuk labirin mini, maupun 4 jembatan besar untuk menyeberangi sungai yang lebarnya sekitar 80 meter itu.

Jembatan dilengkapi menara pantau di beberapa titik, jembatan gantung, gazebo-gazebo untuk pasangan muda-mudi yang ingin mojok, hingga aula terbuka bentuk joglo di antara bakau untuk istirahat rombogan keluarga.

Kombinasi jembatan dan keasrian alam membuat semuanya jadi indah dan bagus sebagai latar belakang foto. Warga yang membangun kawasan itu rupanya cukup kreatif. Mereka juga menambahkan belasan spot foto yang mengesankan romantisme, seperti bentuk hati, dilorong mangrove, gembok cinta, gitar, dibikin tulisan cinta-cintaan, dll.

Berkendara roda dua, empat, hingga bus ukuran sedang pun bisa sampai ke lokasi ini. Hanya saja, mereka yang datang dengan bus besar harus turun di dekat jalan raya bersar, kemudian ikut mobil bak terbuka mangkal di sana dan bisa disewa.

Masuk ke sana, wisatawan cukup membayar parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor, Rp 5.000 untuk mobil, atau 10.000 untuk bus ukuran sedang. Bayarlah tiket masuk Rp 3.000 per orang maka siapa pun boleh jalan-jalan di sini sampai lelah. Jangan lupa jajan di sana karena harganya murah dan pedagang tidak main getok harga.

Salah satu labirin mini dalam hutan mangrove MJAA, di Kulon Progo, DI Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI J Salah satu labirin mini dalam hutan mangrove MJAA, di Kulon Progo, DI Yogyakarta.
“Semua standar. Air mineral saja Rp 4.000 (60ml). Dawet hitam, khas di sini juga kayaknya sama,” kata Sulaiman, pengunjung asal Bantul.

Menantang Nyali

Salah seorang pengunjung mengaku selalu takjub dengan destinasi ini. Denys Chichi asal Bantul mengaku sudah 3 kali ke MJAA. Ia selalu mencoba hal yang menantang ketika berkunjung ke sini.

Chichi menunjuk jembatan untuk menyeberang sungai yang pijakan kayunya terikat tali tambang. “Dulu ke sini belum ada jembatan gantung ini. Yang ada ya jembatan lain. Ini menarik dan bikin teman saya takut. Menguji nyali,” kata Chichi.

Jembatan ini dibangun di atas anak Sungai Bogowonto, Kulon Progo, DI Yogyakarta yang lebarnya sekitar 80 meter.KOMPAS.COM/DANI J Jembatan ini dibangun di atas anak Sungai Bogowonto, Kulon Progo, DI Yogyakarta yang lebarnya sekitar 80 meter.
Jembatan gantung akan terus bergoyang ketika dilewati. Goyangnya akan semakin keras bila dilintasi banyak orang.

Pemandangan sepanjang jembatan adalah sungai dengan kedalaman yang tidak bisa diperkirakan. Pengunjung anak-anak mesti hati-hati di jembatan agar tidak terpeleset jatuh.

Menurut mahasiswi farmasi ini, menyeberangi jembatan gantung ini saja sudah menguji nyali. Belum lagi jembatan satunya yang tidak kalah menguji nyali, yakni jembatan di mana ada menara kembar setinggi 22 meter berdiri di tengahnya.

Nikmatilah panorama dari ketinggian menara di Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Pengunjung bisa melihat pantai selatan dari kejauhan, tambak-tambak beralaskan terpal, sungai yang panjang dan lebar. KOMPAS.com/DANI J Nikmatilah panorama dari ketinggian menara di Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Pengunjung bisa melihat pantai selatan dari kejauhan, tambak-tambak beralaskan terpal, sungai yang panjang dan lebar.
Menara itu dibangun dari bambu bulat, bertingkat tujuh, dan siapa pun yang berdiri di pucuk menara tentu harus melawan rasa takut pada ketinggian.

Namun demikian, semua terbayar oleh panorama dari sudut ketinggian, mulai dari pantai di arah selatan, tambak, sungai, kapal yang lalu lalang sungai, hutan mangrove mini. “Memang menakutkan. Tapi ini menambah pengalaman,” kata Chichi.

Belasan spot foto disediakan di destinasi Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Hampir seluruh spot itu dikemas agar terkesan romantis. KOMPAS.COM/DANI J Belasan spot foto disediakan di destinasi Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Hampir seluruh spot itu dikemas agar terkesan romantis.
Dua dari empat jembatan menyeberang sungai yang ada ini merupakan yang paling memiliki daya tarik besar. Kedua jembatan unik ini pula yang membuat MJAA nge-hits di media sosial.

Sebelum berkembang menjadi destinasi seperti ini, jembatan hanyalah jalan untuk para petambak. Kemudian, jembatan mulai banyak didatangi orang yang ingin memancing.

Semakin ramai orang datang, warga pun menerapkan tarif masuk jembatan. Lama kelamaan jumlahnya semakin banyak. Bukan hanya memancing, tetapi juga swafoto. Media sosial pun kemudian meramaikan perkembangannya.

Menara dari bambu setinggi 22 meter di tengah sungai yang dalam salah satu yang paling disukai pengunjung Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Foto berlatar menara kembar ini, dari jauh maupun dekat, tetap menarik dan bagus. Jangan lewatkan foto di bagian ini.KOMPAS.com/DANI J Menara dari bambu setinggi 22 meter di tengah sungai yang dalam salah satu yang paling disukai pengunjung Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Foto berlatar menara kembar ini, dari jauh maupun dekat, tetap menarik dan bagus. Jangan lewatkan foto di bagian ini.
Sebanyak 15 orang warga Pasir Mendit memelopori pembangunan MJAA. Mereka membangun jembatan-jembatan lain, mengeliling, dan menerobos mangrove, hingga mengitari 3 hektar kawasan.

Destinasi jembatan Wana Tirta yang sudah lebih dulu ada, tak jauh dari sana, dijadikan contoh. Bedanya, kali ini warga membuat jembatan yang lebih menarik, menjadikan mangrove sebagai potensi utamanya. “Ide bentuk jembatan diperoleh dari internet kemudian dimodifikasi,” kata Suprianto, Bendahara I Kelompok Sadar Wisata MJAA.

“Lama-lama berkembang seperti ini, termasuk ada tower dan jembatan gantung itu. Masih akan terus berkembang ke yang lain,” kata Suprianto.

Mereka mendatangkan bambu dan kayu dari sekitaran Purworejo, Jawa Tengah. Mendatangkan tukang pembuat jembatan. Semua dibangun dengan swadaya masyarakat. “Masih akan terus berkembang. Satu kali setiap satu bulan, 15 orang ini selalu kumpul untuk diskusi pengembangan tempat ini. Biar tidak terasa membosankan,” kata Suprianto.

Wisatawan rupanya cukup terkesan. Medsos semakin membuat tenar keberadaan destinasi ini. Sebanyak 150-200 tiket terjual tiap hari di hari biasa. Sedangkan pada akhir pekan maupun libur panjang, sebanyak 1.500-2.000 tiket terjual dalam sehari.

Pantai pasir hitam dengan pemandangan samudera tanpa batas merupakan puncak perjalanan di destinasi Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Banyak gazebo untuk istirahat setelah lelah jalan-jalan sepanjang jembatan.KOMPAS.com/DANI J Pantai pasir hitam dengan pemandangan samudera tanpa batas merupakan puncak perjalanan di destinasi Mangrove Jembatan Api-api, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Banyak gazebo untuk istirahat setelah lelah jalan-jalan sepanjang jembatan.
Dengan MJAA, destinasi wisata pantai selatan di Kulon Progo jadi semakin padat. Di sekitaran MJAA saja ada Pantai Pasir Kadilangu, Wanatirta Pasir Mendit, dan Maju Lestari. Masih dalam satu kecamatan, ada Pantai Glagah dan Pantai Congot yang sudah lebih dulu tenar. Pilihannya banyak bukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com