"Saya tadinya punya, tapi sedang rusak, sekarang diservis," ujarnya beralasan.
Namun, Santosh bisa mengusahakannya dengan membayar di toko temannya bila kami benar-benar kehabisan uang tunai. Akhirnya sisa-sisa rupee pun berpindah ke tangan Santosh. Setengah geli kami berkata, kenapa nggak dari tadi ketemu toko ini ya?
"Tapi sudahlah, di toko sebelumnya anggap saja kita membantu untuk makan anaknya yang kecil itu," ujar salah satu dari kami menghibur diri.
Selesai? Belum. Ternyata waktu sudah hampir menunjukkan pukul 19.00 dan kami harus bergegas ke hotel untuk memasukkan barang-barang belanjaan tadi ke bagasi dan berangkat ke bandara.
Saat memasukkan barang belanjaan tersebut, ada rekan yang tidak menemukan salah satu tas belanjaannya. Di cari ke sana kemari tidak ketemu.
"Mungkin tertinggal di tokonya Masbro," ujarnya.
"Coba telpon, tadi ada kartu namanya," kata saya.
Maka ia menelpon dan benar tas itu ada di sana. Segeralah kami menyelesaikan packing lebih cepat agar bisa kembali mengambil tas di Thamel, sekalian menuju ke bandara.
Tadinya disepakati ada dua orang saja turun dari mobil, yang lain menunggu. Selain biar cepat, parkiran di sekitar Thamel jaraknya jauh. Bila parkir di dekat jalan utama, kami harus menghidupkan mesin agar jika sewaktu-waktu petugas datang, mobil bisa segera menyingkir.
Namun sesampai di sana, beberapa orang berubah pikiran. Rasanya harga-harga di toko Santosh terlalu menggiurkan untuk dilewatkan. Maka kembalilah sebagian dari kami berbondong-bondong ke sana untuk belanja lagi.
Ketika akhirnya selesai, semua tiba di mobil dengan senyum mengembang. Sepanjang perjalanan pulang, kami masih mengulang cerita soal Masbro dan kekonyolan kami belanja di Thamel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.