BATANG, KOMPAS.com - Indonesia terkenal di luar negeri tidak hanya dari kopinya, tetapi juga tehnya yang mendunia.
Di Kabupaten Batang, Jawa Tengh, ada agrowisata teh yang terkenal di banyak negara karena kualitas tehnya yang premium.
Ialah Kebun Teh Pagilaran, yang setiap tahunnya menghasilkan tidak kurang 8.000 ton teh, dan 80 persennya diekspor ke lebih dari delapan negara dunia, di Asia, Eropa, dan Amerika.
Dengan luas 1.130 hektare, Kebun Teh Pagilaran berada di atas ketinggian 600-1.600 meter di atas permukaan laut. Kebun terbagi jadi tiga zona berdasarkan ketinggian dan jenis tehnya.
Baca juga : Serunya Menjelajah Kebun Teh Pagilaran Batang
Tenyata, kebun perhutani yang dikelola Universitas Gajah Mada (UGM) ini dahulunya merupakan perkebunan milik Belanda di era kolonial.
"Dahulu Belanda nyoba-nyoba dulu tanaman apa yang cocok di sini. Ternyata dari teh, kina, cengkeh, dan kopi, paling cocok ditanami teh. Jadilah 90 persen ditanami teh," ujar Rahmat Gunadi, Direktur Utama Pagilaran, saat dikunjungi KompasTravel, Kamis (3/5/2018).
Baca juga : Apakah Teh Celup Mahal Pasti Berkualitas Tinggi?
Kebakaran besar pernah terjadi di pabrik ini pada 1890 yang membuat produksi terhenti dan terbengkalai, infrastruktur pun ikut rusak kala itu.
"Tapi terus datanglah Inggris di 1920 dan membeli pabrik dalam kondisi rusak, dibangun lagi dan difungsikan lagi infrastrukturnya," jelas Rahmat.
Salah satu infrastruktur unik, yang dibangun Inggris kala itu ialah kereta gantung untuk mengangkut teh dari bukit-bukit langsung ke pabrik.
Inggris juga mengganti beberapa mesin produksi, salah satunya membuat mesin pembangkit listrik tenaga air, yang masih ada wujudnya sampai sekarang.
Setelah kian berkembang, pabrik ini sempat digabungkan dengan pabrik teh Ciasemland di Pamanukan, Jawa Barat. Tetapi, tidak lama Jepang datang menjajah, dan menjarah kebun ini, bersamaan dengan kalahnya tentara sekutu.
Karena saat itu Jepang tidak butuh teh, tapi butuh suplai makanan untuk para tentaranya.
Tidak lama setelah Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Amerika dan Jepang kalah perang, Inggris pun kembali mengambil alih pabrik ini di 1945.