Baju Kebaya hingga Aneka Lomba
Bila anak sekolah mengikuti upacara dengan seragam, tetapi lain lagi dengan rombongan tim perempuan Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI. Mereka datang menggunakan kebaya dengan desain modern serta kain.
Mereka terlihat anggun dengan balutan kebaya. Rahmi Hidayati, anggota Mapala UI adalah inisiator penggunaan kebaya saat upacara.
“Saya bawa 20 kebaya untuk perempuan-perempuan. Saya mau menunjukkan bahwa kebaya itu bukan hanya milik orang Jawa, tapi milik seluruh perempuan Indonesia,” kata Rahmi kepada KompasTravel.
Meski dengan kebaya, mereka tampak tak kesulitan untuk bergerak. Dea Septania, anggota tim ekspedisi, mengaku tak sulit untuk bergerak atau bergiat dengan kebaya saat upacara.
“Ini pengalaman pertama saya pakai kebaya saat upacara. Biasanya terakhir di acara kondangan. Upacara saya terakhir pas SMA pakai seragam. Kemarin itu agak dingin tak terasa,” ujar Dea kepada KompasTravel.
Salah seorang guru SD di Distrik Anggi sempat mengatakan bila lomba 17 Agustus terakhir di Distrik Anggi diadakan tahun 2015. Dari informasi yang dihimpun KompasTravel, alasan dana dan keamanan juga jadi pertimbangan.
“Memang tahun 2016 itu dana tak turun jadi tak bisa bikin lomba. Lagi pula takut juga kalau ada lomba antar kampung ujungnya bisa berantem,” kata narasumber yang tak ingin disebutkan namanya.
Dari lomba-lomba seperti kelereng, kerupuk, dan tarik tambang, seperti yang lazim hadir di Pulau Jawa, keceriaan nampak dari wajah anak-anak SD. Mereka bersemangat.
“Seru sekali, saya ikut lomba makan kerupuk dan tarik tambang. Saya menang di lomba kerupuk. Merdeka!” kata salah seorang anak SD.
Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dari pejuang semoga bisa diteruskan tetapi bukan untuk perang melainkan untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.