“Ini pengalaman pertama saya pakai kebaya saat upacara. Biasanya terakhir di acara kondangan. Upacara saya terakhir pas SMA pakai seragam. Kemarin itu agak dingin tak terasa,” ujar Dea kepada KompasTravel.
Setelah upacara di Pegunungan Arfak sungguh berbeda. Tak seperti di Pulau Jawa, biasanya banyak lomba yang bisa diikuti anak-anak.
Salah seorang guru SD di Distrik Anggi sempat mengatakan bila lomba 17 Agustus terakhir di Distrik Anggi diadakan tahun 2015. Dari informasi yang dihimpun KompasTravel, alasan dana dan keamanan juga jadi pertimbangan.
“Memang tahun 2016 itu dana tak turun jadi tak bisa bikin lomba. Lagi pula takut juga kalau ada lomba antar kampung ujungnya bisa berantem,” kata narasumber yang tak ingin disebutkan namanya.
Dari lomba-lomba seperti kelereng, kerupuk, dan tarik tambang, seperti yang lazim hadir di Pulau Jawa, keceriaan nampak dari wajah anak-anak SD. Mereka bersemangat.
“Seru sekali, saya ikut lomba makan kerupuk dan tarik tambang. Saya menang di lomba kerupuk. Merdeka!” kata salah seorang anak SD.
Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dari pejuang semoga bisa diteruskan tetapi bukan untuk perang melainkan untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan bangsa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.