Tradisi ini ramah lingkungan karena warga yang menangkap binatang melata hanya menangkap binatang yang berukuran besar seperti ikang, ipung, kuhe, tuna, dan pake. Sementara telur, ikang, kuhe, tuna, pake dan ipung dengan ukuran sedang dan kecil tidak ditangkap dan apabila terjerat dalam wadah sempe maka warga wajib mengembalikan ke kolam, tiwu.
Kebiasaan itu sudah diketahui warga yang pergi menangkap binatang melata di sungai untuk tidak menangkap binatang melata yang sedang bertelur dan berukuran kecil demi kelangsungan binatang melata itu di kemudian hari.
Cara Memasang Sempe di Tiwu
Biasanya warga memasang sempe di aliran sungai yang berarus deras, bahasa setempat menyebutnya wae ola. Kalau pergi menangkap secara perorangan maka sempe diletakkan di aliran arus deras pada pagi hari dan pada sorenya pergi untuk melihatnya.
Apabila secara berkelompok maka semua orang masuk di kolam dan mengarahkan binatang melata itu ke aliran arus air yang deras. Semua binatang melata itu berlari mengikuti aliran arus deras tersebut dan masuk dalam alat penangkap tersebut. Satu dan dua orang menjaga di sekitarnya.
Semua orang berada di kolam itu mengeruhkan airnya sehingga semua binatang melata yang berukuran besar lari menuju aliran arus air yang deras. Mereka biasanya seharian berada di Sungai Wae Impor untuk menangkap binatang melata yang bisa dimakan.
Biasanya dari satu kolam ke kolam lainnya sampai wadahnya digunakan penuh dan selanjutnya di bagi secara merata bagi setiap anggota kelompok. Ada keadilan dalam pembagian dari hasil tangkapan tersebut.
Anggota kelompok juga mengetahui bahwa kelangsungan hidup binatang melata harus terus berkembang di hari-hari mendatang dan juga menjaga agar binatang melata itu tidak punah.
Hal-hal yang lain yang harus dipatuhi oleh anggota kelompok adalah anggota kelompok dilarang membawa uang. Biasanya sebelum berangkat menuju ke kolam, anggota kelompok saling bertanya agar tidak membawa uang.
Jika ada uang di saku celana maka uang itu harus disimpan di rumah sebab ada kepercayaan orang Kolang bahwa apabila membawa uang maka apa yang dicari tidak membuahkan hasil. Jadi pergi menangkap binatang melata di kolam harus polos dengan tidak membawa uang di saku celana. Ada kejujuran sebelum berangkat bagi setiap anggota kelompok.
Tetapi kalau ada anggota kelompok yang sembunyi-sembunyi membawa uang di saku celana maka usaha untuk menangkap binatang melata yang bisa dimakan membutuhkan waktu lama dan kadang-kadang tidak membuahkan hasil.
Geliat Pariwisata Bangkitkan Keunikan di Kampung-kampung
Geliat pariwisata di Flores Barat pasca Sail Komodo membangkitan gairah-gairah generasi muda yang tersebar di kampung-kampung. Kunjungan wisatawan asing dan Nusantara ke Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat kini semakin meningkat.