"Oh pantas kemaren sore banyak yang ilang pepaya di tenda, pas lagi acara," ungkap seorang peserta yang merasa kehilangan sembari tertawa.
Tidak berapa lama, jumlah yaki menjadi lima. Beberapa anggota kelompoknya turut keluar hutan.
Meski liar, hewan ini biasa melihat manusia di alam, seperti Polhut yang sedang patroli. Sehingga tidak ekstrem saat menjadi bahan tontonan orang. Hanya saja Randi, salah satu polhut, melarang wisatawan anak-anak terlalu riuh ramai berteriak karena bisa membuat yaki stress dan agresif.
Beberapa yaki bahkan melompat ke punggung wisatawan. Mereka yang terbiasa berinteraksi dengan hewan di tempat kerjanya sudah tidak khawatir, dan malah menikmati ketika kepalanya dipijat oleh yaki.
"Tenang, tenang, jangan panik. Biasa saja geraknya. Kalau mau foto dulu mendingan, mumpung dipeluk yaki," ucap Randi kepada wisatawan yang pundaknya dihinggapi yaki.
Potret keseruan saat bertemu yaki ternyata tidak berjalan lurus dengan kondisinya di alam ini. Populasi Macaca nigra ini terus menurun hingga 80 persen dalam kurun waktu 30 tahun.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat pidato mengatakan penurunan populasi satwa endemik Sulawesi Utara ini karena perburuan yang masih marak dan hilangnya habitat hutan.
"Oleh karena itu, saat ini statusnya menjadi satwa yang dilindungi dan menjadi simbol dari peringatan HKAN kali ini," tutur Siti Nurbaya dalam sambutan HKAN, Bitung, Kamis (31/8/2018).
Bagi Anda yang ingin coba keseruan bertemu hewan-hewan unik Indonesia seperti yaki, bisa berkunjung ke berbagai Taman Wisata Alam ataupun Taman Nasional yang menjadi habitat berbagai hewan unik Indonesia. Perjumpaan dengan mereka bisa menjadi pengalaman unik saat perjalanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.