“Pengujung lain juga terbuka datang kemari. Saya ingin membuat tempat ini nyaman, bisa digunakan untuk semuanya, bisa diskusi, bermusik, bedah buku, baca puisi dan lainnya. Saya ajak semua penggemar seni dan sastra hayuk nongkrong di sini,” kata Bambang.
Murid WS Rendra itu pun pelan-pelan terus mengembangkan bisnisnya. Baginya, bisnis itu sekaligus tempat warga Malang untuk mengisi ruang-ruang seni dan sastra.
Sejak dulu, pria ini memimpikan memiliki tempat dengan area di tengah sawah. Dan kali ini dia telah menemukannya.
“Kalau datang sore hari ini indah sekali, sejuk sekali, melihat petani, burung-burung dan lainnya sembari menikmati kopi, atau makanan lainnya,” kkata Bambang.
Ucapan Bambang tak berlebihan, Memang nyaman bersantai di kafe yang dibuka sejak pukul 15.00 WIB hingga tutup tengah malam itu.
Dalam jangka panjang, Bambang ingin membuka kafe itu 24 jam. Saat ini, dia tengah membenahi memperbanyak menu, menyiapkan nasi goreng, mie dan makanan “berat” lainnya. Dengan enam pekerja, kafe itu siap menyambut pengunjung saban waktu.
Dan, dingin terus menusuk tulang. Kami pun pulang, dengan sejuta kenangan, akan berkunjung lagi di tempat yang santai, sembari melihat bulan, kerdipan lampu dan udara nan sejuk di Kota Malang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.