Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Tak Ada Warteg di Tegal...

Kompas.com - 26/10/2018, 10:03 WIB
Citra Fany Samparaya,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ada fakta menarik tentang warung tegal (warteg) yang bisa dibilang terkenal di Jakarta dan sekitarnya. Ya, tenar di ibu kota, tetapi tak ada warteg di daerah asalnya yakni di Tegal.

Pemilik Warteg Kharisma Bahari, Sayudi mengatakan jika tak ada warteg di Tegal. Di Tegal warteg dikenal dengan nama warung nasi.

“Di Tegal sendiri nggak ada tulisannya warteg, yah tulisannya hanya warung nasi saja, karena di Jakarta ini berbagai macam suku yah, jadi nama warteg ini yang membedakan dengan warung makan lainnya,” kata Sayudi ketika ditemui KompasTravel di Warteg Kharisma Bahari (WKB), Jalan Haji Batong Raya, Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa lalu.

Sayudi sedang menyajikan makanan untuk pembeli di Warteg Kharisma Bahari di jalan Haji Batong Raya, kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2018).KOMPAS.com / MUHAMMAD IRZAL ADIKURNIA Sayudi sedang menyajikan makanan untuk pembeli di Warteg Kharisma Bahari di jalan Haji Batong Raya, kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2018).
Fadly Rahman, Sejarawan Makanan membenarkan jika di Tegal hanya warteg dikenal dengan warung nasi atau rumah makan.

“Di Tegal, mereka nggak buka Warteg karena orang Tegal pada waktu itu bermigrasi ke Jakarta dan buka warung, mayoritas yang berjualan orang Tegal makanya dikenal dengan Warteg. Kalau di Tegal sendiri lebih dikenal dengan nama warung nasi atau rumah makan,” kata Fadly ketika dihubungi KompasTravel, Rabu (24/10/2018).

Warteg Kharisma Bahari, di Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (23/10/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Warteg Kharisma Bahari, di Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Sejarawan, JJ Rizal menjelaskan pada tahun 1950 saat pergantian ibu kota negara Indonesia dari Yogjakarta ke Jakarta menimbulkan orang Jawa Tengah banyak pergi ke Jakarta.

Lalu pada pemerintahan Soekarno ini, banyak pembangunan dilakukan untuk mengubah ibu kota kolonial menjadi kota nasional.

Pada saat itu pembangunan gencar dilakukan seperti di Kebayoran Baru, Monas, Jembatan Semanggi, Tugu Pembebasan Irian, akses pelebaran Jalan Thamrin dan lainnya.

Saat itu, para tukang ini membutuhkan makanan dengan cepat dan murah. Hal itu menyebabkan banyak warung bermunculan dan mayoritas dari penjual ini adalah orang Tegal.    

Menu oseng-oseng di warteg Kharisma Bahari.KOMPAS.com / CITRA FANY SAMPARAYA Menu oseng-oseng di warteg Kharisma Bahari.
“Waktu itu warung-warung ini diisi oleh orang-orang Tegal, nah ini jadi warteg ini sebagai penanda karena yang berjualan orang tegal jadi sampai sekarang dikenal seperti itu,"

"Waktu itu juga banyak fenomena seperti ini, tukang cukur dari Garut makanya dikenal bahwa tukang cukur identik dengan Garut. Ini karena banyaknya suatu etnis yang melakukan pekerjaan tersebut,” jelas Rizal ketika dihubungi Kamis (25/10/2018).

Menurutnya adanya warteg kini telah menjadi bisnis terbuka karena banyak dari pemilik warteg sendiri bukan lagi orang dari Tegal. Ia juga mengatakan jika warteg kini menjadi mata rantai pertahanan nasional.

“Warteg ini jadi mata rantai pertahanan nasional, menjadi penyelamat perut ketika nanti terjadi krisis dan makanan mahal. Warteg akan tampil paling depan karena punya harga yang ramah di kantong, dan ini yang akan dicari. Orang-orang juga bisa memilih lauk sesuai dengan budget yang dimiliki,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com