Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Salah Paham tentang Bakso dan Bakwan, Sudah Tahu?

Kompas.com - 17/01/2019, 19:05 WIB
Vitorio Mantalean,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Khazanah kuliner Nusantara sulit dilepaskan dari pengaruh China. Terkadang, pengaruh ini bahkan diserap secara langsung dengan hanya sedikit penyesuaian.

Dalam mengadopsi jenis bahan dan masakan China, unsur bahasa juga menjadi salah satu unsur yang diserap secara langsung.

Bakmi dan bakso merupakan contoh pangan Indonesia yang istilahnya diserap secara langsung dari kultur China. Keduanya sama-sama punya unsur “bak” dalam penyebutannya.

Lantas, apa arti “bak” dalam bakmi dan bakso?

“’Bak’ adalah istilah Hokkian untuk daging,” terang Aji Bromokusumo, pakar kuliner peranakan Tionghoa saat ditemui KompasTravel, Rabu (16/1/2019).

Istilah bakmi berarti mi dengan isian daging. Dengan begitu, mi yang tidak mengandung isian daging tidak dapat disebut bakmi. Di sisi lain, kalangan Tionghoa kerapkali juga salah kaprah soal arti “bak”, mengiranya berarti daging babi.

Pemahaman itu timbul karena daging babi merupakan daging yang lazim ditemui dalam kuliner Tionghoa. Penyebutan soto daging di Indonesia juga langsung merujuk pada pemakaian daging sapi.

Sejumlah menu Bakso Boedjangan yang ada di Kota Malang, Jumat (12/1/2018). Bakso yang berpusat di Bandung itu resmi masuk ke Kota Malang.KOMPAS.com / Andi Hartik Sejumlah menu Bakso Boedjangan yang ada di Kota Malang, Jumat (12/1/2018). Bakso yang berpusat di Bandung itu resmi masuk ke Kota Malang.
Sementara itu, istilah bakso yang dikenal orang-orang Indonesia ternyata juga tidak seratus persen tepat.

Bakso maksudnya daging yang disayat-sayat, karena daging dicincang pakai bagian tumpul pisau, tidak harus dibentuk bulat,” kata pria 46 tahun itu.

“Bakwan justru yang artinya daging bulat. “Wan” itu artinya bulat,” lanjut Aji.

Oleh karena itu, segala jenis makanan yang berawalan “bak” mestinya memiliki kandungan daging sesuai versi asalnya. Namun, modifikasi isian daging akibat situasi budaya kadang tidak terelakkan dalam proses adaptasi kuliner Tionghoa.

Contoh paling nyata ialah bakpia Yogyakarta yang terkenal. Bakpia justru khas dengan isian kacang hijaunya.

Aji menaksir, hal ini terjadi karena pada era kolonial harga daging tidak terjangkau oleh rakyat jelata. Bahan makanan yang mungkin dipakai hanyalah bahan-bahan berbasis nabati. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com