Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macam-macam Julukan untuk Turis yang Menyebalkan!

Kompas.com - 25/01/2019, 17:08 WIB
Vitorio Mantalean,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Sumber Telegraph

KOMPAS.com - Syahdan, seorang pendeta asal Inggris bernama Francis Kilvert pernah menulis di buku hariannya, “Dari semua makhluk mengerikan, yang paling merugikan yakni wisatawan alias turis. Dari semua turis, turis Inggris-lah yang paling bikin mual dan kurang ajar.”

Ungkapan Francis hanyalah majas untuk menggambarkan betapa menyebalkannya perilaku sejumlah turis di negara tujuannya. Kala itu, Francis menuliskannya pada abad ke-19.

Kini, abad 21, tak banyak perubahan signifikan dalam perilaku sejumlah turis. Tak ayal, penduduk lokal di beberapa tempat mulai gerah, bahkan alergi terhadap turis-turis yang dinilai kurang beradab.

Grafiti “Turis, angkat kaki!” terpampang di tembok-tembok Kota Lisbon, Portugal. Penduduk lokal menyamakan kedatangan turis-turis asing sebagai invasi zombie.

Respons tak simpatik terhadap turis dan turisme massal juga terjadi di Barcelona di mana bus-bus pariwisata digembosi. Sementara itu, di Venesia, Italia, kapal-kapal pesiar yang hendak berlabuh disambut oleh para demonstran. Di Eropa, gejala antiturisme massal memang tengah meruyak.

Gejala ini dipantik oleh ketidakpuasan penduduk lokal terhadap turisme massal. Kebanyakan turis dianggap hanya mencari untung ketika “bertamu”, tanpa sedikitpun menghargai penduduk dan budaya lokal.

Wisatawan mancanegara menikmati keindahan terasering sawah di obyek wisata Ceking Terrace, Gianyar, Bali, Jumat (28/12/2018). Obyek wisata di Bali kini padat pengunjung karena liburan panjang Hari Natal, Hari Galungan dan Kuningan serta tahun baru, sehingga ditargetkan memberi dampak positif setelah sempat anjlok tahun lalu akibat erupsi Gunung Agung.  ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO Wisatawan mancanegara menikmati keindahan terasering sawah di obyek wisata Ceking Terrace, Gianyar, Bali, Jumat (28/12/2018). Obyek wisata di Bali kini padat pengunjung karena liburan panjang Hari Natal, Hari Galungan dan Kuningan serta tahun baru, sehingga ditargetkan memberi dampak positif setelah sempat anjlok tahun lalu akibat erupsi Gunung Agung.
Bukannya sedikit-sedikit mempelajari bahasa lokal dan berbaur dengan penduduk, kelompok turis ini malah tiba dengan gaya petentengan, cerewet, dengan tongsis (tongkat selfie) senantiasa melekat di tangan.

Mereka lebih sibuk berburu foto dan menjadikan tempat yang dikunjungi sebagai objek semata, nihil interaksi dengan penduduk lokal. Kalaupun ada, interaksi yang terjadi sebatas transaksional, alias didorong kebutuhan dan kepentingan si turis.

Penduduk Spanyol punya julukan bagi mereka, “guiri”. Di Italia, kelompok turis macam ini dijuluki “turisti mordi e fuggi”, turis yang datang mencaplok kemudian pergi setelah kenyang; umumnya kalangan turis dengan sedikit tabungan yang tak meninggalkan sumbangsih apa-apa bagi tempat yang ia sambangi.

Istilah “niçois” digunakan orang-orang Perancis untuk mencemooh rombongan "turis-turis dungu" yang hinggap di sana. Lebih kasar lagi, rombongan ini malah dijuluki sebagai bronzer idiot, turis-turis tolol yang berjemur hingga cokelat, tanpa otak.

Di Praha, Republik Ceko, turis-turis yang dianggap tak bermoral akan dicueki sepanjang jalan, sebagaimana perlakuan orang-orang Ceko terhadap orang Rusia. Ceko memang pecahan Cekoslovakia yang dulunya termasuk dalam Uni Soviet.

Ada pula yang membumbuinya dengan sedikit kelakar. Orang-orang Thailand, misalnya, kerap memandang turis-turis Eropa sebagai “farang” yang berarti jambu biji. Kelakar tersebut akan mencapai puncaknya ketika turis Eropa berbelanja jambu biji di Thailand.

Sejumlah turis mancanegara berswafoto saat berkunjung ke Taman Nasional Bromo Tengger, Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan. Jawa Timur, Kamis (8/11/2018). Kementerian Pariwisata menargetkan pada 2019 kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia naik sebesar 500 persen menjadi 5 juta dan menghasilkan devisa Rp 87 miliar serta wisatawan nusantara naik 300 persen menjadi 2 juta dengan total devisa Rp.1,78 triliun.ANTARA FOTO/OKY LUKMANSYAH Sejumlah turis mancanegara berswafoto saat berkunjung ke Taman Nasional Bromo Tengger, Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan. Jawa Timur, Kamis (8/11/2018). Kementerian Pariwisata menargetkan pada 2019 kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia naik sebesar 500 persen menjadi 5 juta dan menghasilkan devisa Rp 87 miliar serta wisatawan nusantara naik 300 persen menjadi 2 juta dengan total devisa Rp.1,78 triliun.
Kembali ke Eropa, Inggris pun mengenal istilah “emmet” yang diperuntukkan bagi para turis dengan taraf kepantasan berperilaku yang paling rendah.

Anda tentu enggan bergabung dalam kelompok turis macam tadi, bukan?

Pelajaran yang bisa dipetik, ciptakanlah keseimbangan di mana pun Anda pelesir. Apalagi di Eropa di mana gejala antiturisme massal mulai merebak, Anda perlu menjaga tindakan dan selalu ingat bahwa esensi berwisata bukan hanya sibuk memulung foto untuk mandatory posts di media sosial.

Meskipun Anda mengeluarkan banyak uang, ingatlah jika Anda merupakan tamu di destinasi yang Anda tuju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com