Untuk bagian dalam rumah adat Using dibagi dalam beberapa bagian yaitu amper atau bagian depan rumah, bale yang merupakan ruang tamu atau ruang kegiatan adat, njerumah atau njero omah yang berarti bagian dalam rumah tempat aktivitas pribadi pemilik rumah dan pawon atau dapur serta ampok yang berada di kanan dan kiri rumah.
Untuk menuju ke dapur, biasanya tamu akan melewati samping rumah, dan masuk melalui pintu dapur sehingga tidak perlu melewati bagian njerumah.
Rata-rata kayu yang digunakan untuk membangun rumah Using berasal dari Pohon Bendo yang zaman dulu cukup mudah ditemukan. Tentunya, pohon yang dipilih adalah pohon Bendo yang cukup tua sehingga rumah yang didirikan lebih awet.
Sementara itu Buang (55), warga Kemiren mengaku jika rumah yang dia tempati saat ini adalah warisan dan kakeknya.
Rumah yang berada tepat di pinggir jalan Desa Kemiren tersebut memiliki lima atap yang terdiri dari Tikel Balung dan Baresan, sementara Cerocogan untuk bagian belakang. Tikel Balung bagian depan berukuran 10 meter dan ukurannya sama dengan ruang bagian belakang yang digunakan njerumah dan pawon.
"Cerocogan dulu buat dapur tapi sekarang di taruh di belakang buat gudang soalnya aktivitas banyak di dapur juga karena banyak tamu yang datang kesini sehingga butuh tempat yang lebih luas," kata Buang.
"Jadi tinggal di sini ya di sana di rumah gedong. Tapi kalau saya banyakan disini," katanya.
Rumah adat Using juga masih dilihat di wilayah Sukosari Desa Kemiren Banyuwangi. Untuk menuju ke Sukosari, kita harus berjalan kaki karena tempatnya agak jauh dari jalan utama desa. Terdapat 10 rumah Using yang tertata rapi selaras dengan alam yang masih asri. Gebyok rumah juga diseragamkan yaitu dengan bahan kayu berwarna coklat.
"Sudah hampir setengan tahun seperti ini. Bagian depan rumah, gebyoknya diganti sama pihak desa," kata Mbok Wang saat ditemui Kompas.com di rumahnya.
"Jumlahnya tidak banyak hanya beberapa, kadang mereka juga mampir untuk ngopi. Rumah kami terbuka untuk siapa pun yang datang kesini," katanya.
Seiring dengan majunya industri wisata di Banyuwangi, Arif Wibowo mengakui rumah adat Using menjadi tren di masyarakat Banyuwangi baik untuk rumah huni, penginapan, kedai atau rumah makan.
Hal tersebut tentunya membawa angin segar bagi dunia arsitektur di Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu upaya pelestarian.
"Tapi yang terpenting adalah bagaimana rumah Using tetap digunakan masyarakat sebagai hunian bukan hanya sekadar mengikuti tren. Dan tentunya bangunan yang didirikan harus disesuaikan dengan budaya, tradisi dan iklim masyarakat di sekitar," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.