Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[WAWANCARA KHUSUS] Pangsa Turis Milenial Belum Digarap Maksimal, Ini Kata Menpar

Kompas.com - 01/03/2019, 19:11 WIB
Vitorio Mantalean,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Generasi milenial menjadi istilah hangat yang cukup ramai diperbincangkan. Bukan karena keistimewaan perilakunya, generasi ini memiliki jumlah yang cukup banyak di setiap negara.

Di Indonesia sendiri, misalnya, penelitian Alvara Research Center yang terbit pada 2016 menaksir jumlah generasi milenial Indonesia pada 2020 mendatang bakal sekitar 34 persen dari total penduduk.

Maka, tak heran jika kalangan milenial menjadi salah satu pangsa pasar yang diperebutkan oleh berbagai industri, tak terkecuali industri pariwisata.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga tak ketinggalan menyadari “basahnya” pangsa turis milenial. Akan tetapi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui jika pangsa tersebut belum dilayani maksimal sejauh ini.

Padahal, pihaknya telah memperoleh hasil survei yang menyatakan bila sekitar 50 persen kunjungan turis asing ke Indonesia didominasi oleh kalangan milenial.

“Ketika itu pasarnya besar dan lantang, saya tanya orang-orang Kemenpar, pernah nggak kita membuat calendar of event untuk milenial? Pernah nggak membuat TVC untuk milenial?” kata Arief dalam wawancara khusus KompasTravel di Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu.

Arief menyayangkan, selama ini belum ada langkah yang konkret dan sistematis dari pihaknya demi mengoptimalkan pangsa turis milenial.

“Jadi, ibarat ada orang yg customer utamanya adalah milenial tapi tidak pernah melayaninya,” beber eks Direktur Utama Telkom Indonesia tersebut.

Wacana millennial tourism

Untuk memutus mata rantai tersebut, Arief mengklaim jika jajarannya mulai berbenah demi memaksimalkan potensi kunjungan turis milenial ke Indonesia. Mengemban target kunjungan turis asing sebanyak 20 juta pada tahun ini, Arief tampak optimistis bila 10 juta di antaranya berasal dari kalangan milenial.

Secara garis besar, Kemenpar mendesain dua jenis “produk” yang sekiranya menarik bagi kalangan milenial, yakni destinasi digital dan nomadic tourism.

Keduanya menjadi semangat Kementerian Pariwisata untuk memikat milenial yang ditengarai memiliki perilaku khusus ketika melancong, seperti banyak mengambil swafoto hingga suka bertualang ke destinasi-destinasi yang belum populer.

Di samping itu, Arief Yahya juga menyinggung soal perbedaan pola pikir jajarannya dibandingkan dengan pola pikir milenial. Perbedaan tersebut, lanjut Arief, seringkali membuat program yang dihasilkan tidak sinkron dengan yang diminati kalangan milenial.

“Bahkan iklan televisi yang paling saya tidak suka malah sangat disukai oleh milenial. Semakin saya tidak suka, semakin mereka suka,” katanya menerangkan, sembari memberi contoh video “The Cheapest Paradise” ia tidak suka, tapi banyak disaksikan di YouTube.

Hal itu membuat Kementerian Pariwisata akan lebih luwes dalam membiarkan kalangan milenial memilih sendiri acara atau destinasi yang mereka gemari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com