Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mumi Tertua di Dunia Ternyata Bukan Berasal dari Mesir

Kompas.com - 19/05/2019, 21:08 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Sumber CNN Travel

KOMPAS.com – Jika berbicara tentang mumi, kemungkinan besar yang muncul dalam benak tentu adalah Mesir. Hal itu karena ditemukannya banyak mumi di berbagai situs peninggalan Mesir seperti piramida.

Selain itu, mumi di mesir juga semakin terkenal karena banyak film yang menayangkan seputar kisah mumi. Hal itu mungkin membuat banyak orang mengira jika mumifikasi tertua dilakukan di Mesir.

Namun, ternyata mumi tertua di dunia bukanlah berasal dari Mesir. Dilansir dari CNN Travel, mumifikasi ternyata telah dilakukan oleh masyarakat Chincorro yang tinggal di teluk pantai Gurun Atacama sekitar 7.000 SM. Lokasi itu sekarang ada di Negara Chile.

Baca juga: Keajaiban Alam Pegunungan Pelangi Ternyata Juga Ada di Peru

Mereka telah mengembangkan teknik mumifikasi sekitar 5.000 SM, kurang-lebih 2.000 tahun lebih awal sebelum masyarakat Mesir Kuno.

Bedanya lagi, masyarakat Mesir adalah peradaban kompleks yang memumikan raja mereka, firaun. Sementara masayrakat Chinchorro adalah para pemburu dan pegumpul pra-keramik dengan tujuan mumifikasi untuk menghormati orang mati.

Ditemukan di dekat pantai

Mumi di Chile pertama kali ditemukan sekitar satu abad lalu oleh seorang arkeolog Jerman, Max Uhle. Lokasi penemuan adalah di dekat pantai Arica yang kini bernama Chinchorro.

Mumi-mumi Chinchorro banyak yang ditemukan di bukit dengan ketinggian sekitar 139 meter, El Morro. Tiga puluh dua mumi dan peninggalan lain berupa artefak kini telah disimpan di museum small Museo de Sitio Colon 10.

Kota modern Arica memang berada di permakaman masyarakat Chinchorro. Namun mumi Chincorro tertua ditemukan sekitar 112 kilometer sebelah selatan di Caleta Camarones, pantai yang tidak berubah selama 7.000 tahun.

Baca juga: 4 Destinasi Wisata Tersembunyi di Amerika Selatan

Ada beberapa teknik mumifikasi yang dilakukan oleh masyarakat Chinchorro. Teknik pertama adalah mumi alami di mana mumifikasi dilakukan oleh alam. Sejauh ini sekitar 29 persen dari 282 mumi Chinchorro adalah hasil mumifikasi alam.

Tekni mumifikasi lainnya adalah mumi hitam, mumi merah, mantel lumpur, dan teknik perban. Hal ini dikarenakan proses mumifikasi semakin kompleks seiring dengan berjalannya waktu.

Dukungan iklim kering

Situs tempat mumi tertua berusia sekitar 5.000 tahun digali pada tahun 1978 silam ada di Camarones 14. Salah satu alasan mengapa mumi bisa bertahan adalah karena iklim yang sangat kering dan tingkat salinitas tinggi dekat pantai.

Kondisi tersebut sangat sempurna untuk mengawetkan mumi. Salah satu ancaman nyata saat ini adalah perubahan iklim yang membuat hujan badai semakin sering terjadi. Hujan mampu mengikis lapisan tanah dan memunculkan mumi-mumi itu ke permukaan.

Baca juga: Iguazu Falls, Saingan Air Terjun Niagara di Perbatasan Brazil dan Argentina

Kini di teluk sekitar pantai tersebut, ada banyak peninggalan mumi dan artefak Chinchorro yang muncul ke permukaan. Nelayan setempat menutupinya dengan kotoran untuk mencegah pencurian makam.

Itulah hal terbaik yang bisa dilakukan para nelayan. Selain belum masuk dalam Situs Warisan Dunia, tidak ada ruang bagi mumi-mumi ini di museum Chile. Bahkan banyak orang tidak tahu jika mumi-mumi tersebut merupakan yang tertua di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com