Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Kupatan ala Warga Pekauman yang Tak Lekang oleh Waktu

Kompas.com - 14/06/2019, 19:12 WIB
Hamzah Arfah,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Tradisi lebaran ketupat atau yang biasa dikenal oleh warga Gresik, Jawa Timur, dengan sebutan kupatan, lazim dirayakan sepekan pasca Hari Raya Idul Fitri.

Kebanyakan warga Gresik pun biasa memperingatinya dengan makan bersama sajian ketupat, baik di serambi masjid, mushala, maupun balai desa setempat.

Namun sedikit berbeda dengan tradisi kupatan yang dirayakan oleh warga Pekauman, kelurahan yang berada di kawasan Gresik kota. Tepatnya kelurahan yang berada di belakang Masjid Jami Gresik atau sebelah barat alun-alun Kabupaten Gresik.

Baca juga: Jadi Camilan Khas Lebaran, Yuk Intip Tempat Pembuatan Rengginang...

Lantaran biasanya di banyak wilayah Gresik, kupatan dirayakan pada malam hari sebelum hari H (H-1) atau pada pagi hari saat hari H, maka warga Pekauman merayakan tradisi kupatan pada saat malam hari H, saat warga di Kabupaten Gresik yang lain sudah mulai kembali menjalani aktivitas pekerjaannya masing-masing.

Warga Pekauman, Kabupaten Gresik, Jatim, memasang banner menyambut tradisi perayaan kupatan yang ada di kampungnya.KOMPAS.com/HAMZAH Warga Pekauman, Kabupaten Gresik, Jatim, memasang banner menyambut tradisi perayaan kupatan yang ada di kampungnya.
"Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun sejak dulu, bahkan sebelum saya lahir. Seminggu tepat usai lebaran, warga di sini pada malam harinya merayakan tradisi kupatan ini, tradisi yang terus terpelihara sampai sekarang," ujar salah seorang warga Pekauman, Januar Sofianda (36), Rabu (12/6/2019) malam.

Baca juga: Pasar Inis Jadi Destinasi Libur Lebaran Unggulan di Purworejo

Tampak warga sekitar maupun warga dari luar, datang berkunjung ke Pekauman untuk unjung-unjung atau bersilaturrahmi yang membuat daerah Pekauman terlihat lebih ramai dibanding dengan daerah lain di sekitarnya. Karena memang yang merayakan kupatan pada malam hari H, hanya di daerah Pekauman saja.

"Setahu saya, budaya minta maaf dengan unjung-unjung di Pekauman itu ya memang hari ini, tidak seperti di daerah lain yang unjung-unjung ke rumah sanak famili maupun tetangga usai shalat Idul Fitri," katanya.

Saling bersilaturahmi sambil makan bersama sajian ketupat sayur, lepet, dan obos ala warga Pekauman, Gresik, Jatim.KOMPAS.com/HAMZAH Saling bersilaturahmi sambil makan bersama sajian ketupat sayur, lepet, dan obos ala warga Pekauman, Gresik, Jatim.
Huri -- sapaan akrab Januar Sofianda -- menjelaskan, bila kebiasaan warga di Pekauman memang tidak pernah melakukan unjung-unjung selepas shalat Idul Fitri. Dengan kebiasaan tersebut baru dilakukan sepekan kemudian.

"Biasanya selesai shalat Idul Fitri ya nggak ada apa-apa, baru sekarang unjung-unjungnya. Karena biasa setelah shalat, kami semua balik ke rumah masing-masing dan kemudian melaksanakan puasa sunnah Syawal selama enam hari, baru setelahnya unjung-unjung di momen kupatan dan itu sudah menjadi tradisi di sini," ucap dia.

Baca juga: Singgah di Wilayah Gresik Utara, Jangan Lupa Nikmati Sate Lowayu

Lantaran bersamaan dengan agenda kupatan, setiap keluarga yang ada di Kelurahan Pekauman biasa menyambut tamu yang datang berkunjung dengan sajian berupa ketupat sayur serta lepet, untuk menemani jajanan hari raya yang telah disiapkan.

"Selain ketupat sayur dan lepet, menu sajian khas dan wajib itu adalah obos, seperti kebab yang lebih mantap saat dinikmati dengan kuah ketupat sayur. Obos ini juga seperti menu wajib, kan dulunya di sini juga banyak warga keturunan Arab juga," jelasnya.

Salah satu spot foto yang disediakan oleh warga Pekauman, Gresik, Jatim, dalam perayaan tradisi kupatan tahun 2019.  KOMPAS.com/HAMZAH Salah satu spot foto yang disediakan oleh warga Pekauman, Gresik, Jatim, dalam perayaan tradisi kupatan tahun 2019.
Tidak sekadar menjaga tradisi warisan leluhur, warga Pekauman terutama kalangan remaja juga mulai melakukan beberapa inovasi dalam memeriahkan perayaan kupatan di desa mereka, dengan tentunya tidak harus mengurangi nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan.

Salah satu diantaranya adalah dengan membuat beberapa titik spot yang bisa digunakan oleh para pengunjung dari luar maupun warga Pekauman sendiri, untuk melakukan swafoto dalam rangka mengenang perayaan kupatan yang ada di Kelurahan Pekauman.

"Lumayan, banyak juga yang antusias untuk foto bersama keluarga atau teman-temanya di tempat yang disediakan. Padahal, konsepnya juga sederhana tapi banyak yang suka," tutur salah seorang warga Pekauman yang lain, Rizal.

Adapun budayawan Gresik yang juga merupakan Ketua Masyarakat Pencinta Sejarah dan Budaya Gresik (Mataseger), Kris Aji menjelaskan, kebiasaan puasa Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri yang dilaksanakan warga Pekauman awalnya diperkenalkan oleh ulama bernama Kiai Baka, yang masih keturunan Sunan Giri.

Ketupat sayur, salah satu sajian wajib bagi keluarga yang ada di Kelurahan Pekauman, Gresik, Jatim, dalam menyambut para tamu.KOMPAS.com/HAMZAH Ketupat sayur, salah satu sajian wajib bagi keluarga yang ada di Kelurahan Pekauman, Gresik, Jatim, dalam menyambut para tamu.
"Kiai Baka meminta santrinya, agar mengikuti sunah Rasul dengan berpuasa Syawal selama enam hari. Tradisi itu diteruskan hingga kini. Kupatan juga menyambung silaturahim yang putus, terutama yang lama tidak bertemu dengan mengakui kesalahan dan kemudian saling bermaaf-maafan," kata Kris Aji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com