KOMPAS.com - "Kalau bukan kita, terus siapa lagi yang akan membangkitkan kesenian ini," ujar anak-anak muda komunitas seni Genggong di Banjar Pegok, Desa Sesetan, Kota Denpasar, Bali.
Pengakuan jujur ini sekaligus membangkitkan kembali seni Genggong yang selama ini tertidur pulas sejak puluhan tahun silam.
Apaan sih Genggong?
Genggong adalah alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu dengan ukuran panjang 18-20 cm dan lebar 1,5-2 cm memiliki bunyi yang khas dan unik.
Baca juga: Taman Jinja Bali Jadi Perdebatan Netizen, Ini Kata Pengelola dan Asita
Cara memainkannya dengan menempelkan genggong pada bibir, sambil menggetarkan melalui tarikan tali (tekhnik ngedet) serta menggunakan metode resonansi tenggorokan untuk menghasilkan nada.
Sejarah Genggong Pegok
Tercetus kreativitas seni yang sederhana pada zamannya antara tahun 1930-an, ada seorang pemuda asli Pegok Sesetan bernama I Ketut Regen (Qakdanjur/kakek Danjur) memikat hati para sahabatnya dalam memainkan Genggong.
Baca juga: Anjungan Foto ala Luar Negeri di Bali Tuai Pro dan Kontra Netizen
Ketika itu, I Ketut Regen membentuk komunitas Genggong yang bertujuan menghibur diri, bersosialisasi, bertemu sapa hingga menjalin tali kasih dan cinta.
Namun demikian, seiring berkembangnya zaman yang sangat dinamis dan pengaruh budaya asing, Komunitas Genggong Pegok ini secara pelan-pelan redup menghilang selama puluhan tahun.
Melihat kondisi tersebut, anak-anak muda Pegok berinisiatif merekonstruksi atau merevitalisasi seni genggong tersebut.
Baca juga: Selain Destinasi Wisata, Jajal Juga Top 5 Kuliner di Bali Ini
Alhasil atas dukungan masyarakat Pegok, Sekehe Genggong Qakdanjur ditunjuk oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menjadi Duta Seni Kota Denpasar dalam Pesta Kesenian Bali 2019.
Merevitalisasi Genggong
Pada tahun 2019 Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menunjuk Sekehe Genggong Qakdanjur sebagai Duta Seni Kota Denpasar dalam Pesta Kesenian Bali ke-41 yang berlangsung 15 Juni hingga 13 Juli 2019.
Pertama, Rekonstruksi, menampilkan kembali gending kuno dan asli yakni Capung Gantung, Pusuh Kadut, Bungkak Sari, Dongkang Menek Biu, Kidange Nongklang Crucuke Punyah, dan Langsing Tuban.
Kedua, Rekoneksi, mengkaitkan kembali dengan instrumen Geguntangan berupa suling, kendang, cengceng , gong pulu serta perpaduan biola dan cello untuk menawarkan nuansa lebih bervariasi. (Kedis Ngindang - Paris 2015, Shiwi - Brussel 2009).
Ketiga, Re-Inovasi, mencuatkan sebuah Fragmentari Komedi "Ampuang Angin" yang diiringi dengan Genggong dan Gamut (Gamelan Mulut).
Perjalanan budaya ini membawa misi menebarkan kesenian Bali ke seluruh Eropa sekaligus berintegrasi dengan budaya setempat.
Fragmentari Komedi ini menyuguhkan "Marionette" (Human Puppet, 2 penari menjadi satu peran) yang menampilkan gerak-gerak tari Bali humoris dan bersifat menghibur.
Di samping itu pula, ada penampilan keren Duo Made (Gabriel Laufer dan Made Wardana) serta alunan karya terbaru yaitu Gamut (Gamelan Mulut) yang diciptakan oleh Bli Ciaaattt di Kota Brussel Belgia tahun 2009 lalu.
Sekehe Genggong yang terbentuk secara resmi pada 10 Februari 2019 menampilkan seniman lokal dan internasional yang terdiri dari 45 penabuh dan penari dengan pembina tabuh dan tari adalah Bli Ciaaattt.
Kalau kamu lagi berlibur di Bali, yuk mampir ke Pesta Kesenian Bali! (MADE AGUS WARDANA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.