Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tradisi Nikah Berbagai Daerah, dari Kawin Culik hingga Kawin Colong

Kompas.com - 03/07/2019, 19:22 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kawin colong terjadi karena salah satu atau kedua orangtua tak sepakat. Hal ini bisa karena sudah dijodohkan atau beda status sosial.

Dalam tradisi kawin colong, orang yang berperan penting menjadi perantara hubungan adalah colok. Colok dianggap sebagai juru damai atau penyampai pesan.

Jika tak ada colokpernikahan akan berjalan tanpa restu. Biasanya, keluarga laki-laki mencari orang yang berpengaruh, seperti sesepuh desa atau ulama sebagai colok.

Tujuannya, agar orangtua pihak perempuan segan serta bisa luluh hatinya.

Kawin colong menggambarkan kearifan masyarakat Using menghadapi persoalan.

4. Maminang dalam pernikahan Minang

Umumnya, dalam tahapan pernikahan, keluarga pihak laki-laki datang melamar calon pengantin perempuan.

Tradisi berbeda ada pada pernikahan Minang, di mana perempuan bertindak sebagai orang yang datang melamar pihak laki-laki.

Saat tahapan Maresek (lamaran), pihak perempuan datang dengan membawa buah tangan seperti kue atau buah-buahan.

Tahap kedua adalah Maminang/Batimbang Tando. Pada tahap ini, keluarga mempelai wanita kembali datang kepada pihak mempelai pria untuk meminang dengan membawa buah-buahan dan sirih pinang untuk dicicipi keluarga pihak pria.

Proses selanjutnya adalah proses saling bertukar benda pusaka seperti keris dan kain adat.

Setelah tahapan ini, proses masih panjang. Ada beberapa tahapan lagi yang harus dilaui yakni Mahanta Siriah (mohon doa restu), Babako-babaki (membawakan beberapa barang sebagai bentuk dukungan), Malam Bainai (mengoleskan daun pacar kuku), Manjapuik Marapulai (menjemput pria untuk akad), dan selanjutnya adalah Penyambutan di Rumah Anak Daro.

5. Persembahan tari mempelai wanita dalam tradisi pernikahan Palembang

Prosesi pernikahan adat Palembang cukup panjang. Tahapan itu dimulai dengan madik (melihat), menyenggung, ngebet (diikat), berasan (bermusyawarah), mutuske kato, nganterke belanjo, ritual menjelang akad nikah, dan munggah.

Munggah merupakan bagian terakhir dari puncak perkawinan adat Palembang yang melibatkan kedua belah pihak dan tamu undangan.

Prosesi dimeriahkan dengan tabuhan rebana yang mengiringi pengantin pria, silat, adu pantun, dan sejumlah prosesi lainnya yang sarat makna seperti buka tirai (tanda pertemuan pertama lelaki dengan wanitanya), dan diakhiri dengan persembahan tari dari pengantin wanita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com