Tetua adat itu memakai kain lipa songke. Mereka memakainya dengan cara tengge (ikat kain songke di pinggang) lipa songke.
Setiba di pintu masuk (pa’ra), sebuah telur ayam kampung dibungkus dengan dedaunan adat diletakkan di tanah.
Tetua adat Uku Besi, Nobertus Manggut meletakkan telur itu untuk diinjak oleh istri saya dengan kaki kirinya. Itu pertanda bahwa istri saya sah masuk dalam lingkaran keluarga Uku Besi dengan berbagai pantangan yang dianut oleh keluarga Uku Besi tersebut.
Selanjutnya, saya juga menginjak telur itu dengan kaki kiri diikuti dua anak kami, Andreas Mariano Makur dan Yohanes Jubilian Dahu Ndolu.
Ritual Tempang Pitak
Setelah masuk di dalam rumah adat Uku Besi, istri dan saya duduk di tange (tempat duduk dari anyaman daun pandan) yang sudah disiapkan oleh keluarga Uku Besi.
Petrus Ngempeng, Aloisius Angkap, Emilianus Egor dan Matias Dandung, Benediktus Nehe, Nobertus Manggut bersama keluarga besar Uku Besi Wajur menyiapkan segala keperluan untuk kelancaran dari ritual Gerep Rugha Manuk tersebut.
Puncak dari ritual Gerep Rugha Manuk adalah ritual tempang pitak. Tempang berarti membersihkan sedangkan pitak berarti kotoran yang melekat dalam sistem adat istiadat.