Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Dari Jauh Kelihatan Manado Tua dan Ribuan Turis

Kompas.com - 30/07/2019, 15:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Presiden melihat berbagai masalah yang perlu diselesaikan demi terciptanya 10 Bali baru untuk dunia wisata di Indonesia. “Terakhir kemarin masih ada masalah, misalnya di Sulawesi Utara, masih ada itu. Dan juga soal dermaga pelabuhan, saya melihat misalnya di Labuhan Bajo dan di Manado. Ini perlu dibenai cepat-cepat,” kata Presiden.

Gereja punya peran

Soal toilet atau WC ini saya rasa masih perlu diperhatikan. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), organisasi keagamaan terbesar di Sulut ini punya peran penting dalam soal penyediaan WC bersih dan memadai.

GMIM punya banyak gereja-gereja sebagai warisan budaya masa lalu dalam sejarah. Gereja-gereja GMIM yang tersebar di kampung-kampung di Sulawesi Utara adalah pusat dari acara “pesta syukur” di kampung-kampung .

Pesta pengucapan syukur yang sering diadakan di kampung-kampung di Sulut ini menarik seka li dijadikan obyek turis. Pusat kegiatan pengucapan syukur sebagai rasa terimakasih pada Tuhan atas hasil panen itu adalah kebaktian di gereja.

Setelah kebaktian kita bisa masuk ke rumah-rumah menikmati makan sambil menyaksikan segala macam pertunjukan seni spontan rakyat, tari kabasaran, tarian katrili, makengket dan tentu nona-nona manis. Pesta pengucapan syukur ini adalah tradisi atau warisan budaya dari masa lalu di Sulut.

Oleh karena itu, kata Pendeta GMIM Feybe Lumanau (wartawan dan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia di Sulut), pesta pesta di kampung perlu mendapat perhatian dari para pemandu wisata.

Saya sering mengatakan kepada teman-teman di Jakarta, kalu ingin menyaksikan kehidupan orang Minahasa, jangan hanya menyaksikan di kota Manado “Masuk dan lihat kampung-kampung di luar Manado,” ujar saya.

Tapi ingat acara pesta pengucapan syukur ini membuat kampung-kampung didatangi banyak orang. Mereka banyak makan dan minum. Pesta bisa berlangsung 24 jam. Maka penyediaan WC umum yang memadai di kampung-kampung adalah hal sangat perlu mendapat perhatian dari gereja-gereja GMIM dan pemerintah setempat. Sejak tahun 2015 sampai sekarang saya sering ikut kunjungan kerja Gubernur

Olly Dondokambey ke kampung-kampung di Sulut, termasuk kebaktian gereja. Dari pengalaman ini saya sering menemukan WC tanpa kunci di pintunya. Selain itu masalah kebersihan dan air sering sangat minim.

Masalah toilet memang salah satu kelemahan dunia pariwisata di Sulut. Gereja Centrum Manado misalnya, sebagai salah satu obyek wisata, punya toilet tapi parah aromanya. Menurut Pendeta GMIM Iwan Runtunuwu, yang pernah bertugas di Gereja Centrum Manado, hampir tiap hari ada empat bus turis berkunjung untuk melihat gereja bersejarah ini.

Jangan sampai orang bukan asal Minahasa mengucapkan lagi kosa kata Manado dengan ejaan yang salah, yakni “Menado”. Orang Indonesia non Minahasa, dulu sering mengatakan Menado sebagai singkatan dari “menang diomong doang” atau “omdok” (omong doang atau hanya pandai bicara tapi kosong).

Beberapa waktu lalu para pejabat pemerintah di provinsi ini menyerukan adanya revolusi toilet atau WC. Tapi sampai sekarang masih yang terjadi bukan revolusi “evolusi”. Kantor gubernuran dan pemerintah lainnya di Manado perlu mempelopori.

Jokowi dalam kata pengantarnya pada rapat terbatas tentang destinasi wisata prioritas juga menyebutkan pentingnya promosi. Sebagai catatan, Acara kesenian di Sulut, jangan terlalu mencontoh di Amerika atau Eropa soal pawai atau karnaval. Pawai bunga sudah ada Floriade di Belanda atau Tournamen of Roses di Pasadena, Amerika Serikat, tiap tahun sejak puluhan tahun silam.

“Parade paduan suara, kita akan kalah jauh dari Italia, Belanda, Amerika dan seterusnya,” kata Yulisa Baramuli, mantan wakil Bupati Minahasa Utara, beberapa waktu kepada saya..

Untuk promosi pariwisata sampai sekarang belum juga dimunculkan buku yang menari dan enak dibaca tentang pariwisata Sulut. Kalau ada masih terlalu bombastis narsis. Juga film tentang Sulut, masih “ecek-ecek”, belum menyamai “The Mirror Never Lies” (juga terkenal dengan judul Bercermin pada airlaut) .

Film yang diluncurkan oleh sutradara muda belia, Kamila Andini tahun 2011 ini untuk mempromosikan Kepulauan Wakatobi (Sulawesi Selatan). Ada juga judul film yang cukup sukses mengangkat dunia wisata Pulau Belitung di sebelah timur Sumatera, yakni “Laskar Pelangi” yang diluncurkan tahun 2008.

Drama Natal yang sering dipentas pada acara pesta Natal, sebagai pesta paling besar di Sulut tiap akhir tahun juga jauh dari menarik untuk ditonton turis domestik maupun luar negeri. Walau pun jumlah turis terus banjir, tapi nampaknya Sulut masih harus lari cepat untuk jadi Bali baru.

Tapi bagaimana pun yang dicapai Sulut saat ini sudah mencapai “bintang yang gemerlap” dibandingkan Sulut beberapa tahun lalu. Stabilitas sosial politik dan kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandou terlihat akan membawa Sulut menjadi bulan terang di bidang pariwisata Indonesia seperti ramalan Soeharto.

Malimbukan dan Megawati

Untuk catatan kecil dari Sulut, yakni ada obyek wisata mata air atau sumber air di Desa Kolongan, Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara.

Di tengah kebun penduduk, ada mata air besar bernama, Malimbukan. Bila malam air dari mata air ini, terasa hangat sekali, pada siang sekali sangat dingin.

Konon kabarnya, siapa yang sering cuci muka dari air Malimbukan, akan awet muda.

Saya beri tahu tentang hal ini kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika datang ke Desa Kolongan, 18 Januari 2019.

“Pantesan Ibu Megawati Soekarnoputri sering datang ke sini, dan nampak awet muda,” kata Sri Mulyani menunjuk pada Presiden RI ke-5 dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com